Para peneliti di Amerika Serikat berharap agar sapi perah tak akan serewel manusia jika itu menyangkut air minum hasil daur ulang kotoran.
Para peneliti di Michigan State University telah mengembangkan teknologi untuk membantu para peternak sapi perah memisahkan elemen-elemen kotoran sapi agar bisa diolah menjadi air dan pupuk.
- Advertisement -
Profesor Steve Safferman adalah sosok kunci di balik teknologi ini.
Ia mengatakan, 90% kotoran sapi berisi air namun juga meliputi gizi yang berbahaya bagi lingkungan.
Dr. Steve mengembangkan teknologi ini bersama mantan mahasiswanya, Jim Wallace, yang kini bekerja untuk perusahaan teknik pertanian ‘McLanahan Corporation’.
Perusahaan tersebut berharap untuk dapat meluncurkan dan menjual teknologi ini ke pasaran pada akhir tahun ini.
“Saya diberitahu bahwa mereka tengah mencoba mengambil 50 hingga 60% air yang berasal dari kotoran. Jika anda mulai dengan 100 galon (378 liter) kotoran cair, mudah-mudahan anda bisa mendapat 50 hingga 60 galon (189-227 liter) air yang kemudian bisa digunakan untuk tujuan lain yang bermanfaat di lahan peternakan,” jelas Dr. Steve.
Teknologi ini mencakup ultra-filtrasi, penyulingan air, osmosis terbalik, dan sebuah alat pencerna, yang memproduksi bio-energi sebagai sebuah produk daur ulang.
Peralatan ini mengekstraksi nitrogen, karbon, fosfor dan potassium.
Dr. Steve mengatakan, dengan memisahkan elemen-elemen tersebut, para peternak dapat menggunakannya dengan lebih optimal.
“Jika mereka hendak menggunakan (air itu) untuk minuman sapi, mereka harus membersihkannya dalam suhu yang sangat tinggi jika dibanding menyemprotkannya ke tanah sebagai air irigasi,” ujarnya.
Dr. Steve mengutarakan, dibutuhkan kekeringan agar masyarakat menghargai sumber air.
“Dengan kelangkaan air, ketika sebuah sebuah lahan pertanian harus meminimalkan konsumsi air bersih, terkadang itu adalah proses bertahan hidup bagi mereka. Jadi ini adalah sebuah pilihan untuk menyelamatkan sejumlah air itu,” sambungnya.