More

    Front API Gelar Aksi Solidaritas Untuk Petani Rembang

    Front API gelar aksi solidaritas untuk petani Rembang. Foto : Mega Dwi Anggraeni
    Front API gelar aksi solidaritas untuk petani Rembang. Foto : Mega Dwi Anggraeni

    BANDUNG, KabarKampus – Menyambut Hari Tani, Front API Bandung menggelar aksi damai sebagai di seberang Gedung Sate di Jalan Diponegoro, Bandung, Selasa (23/9/2014) sore. Aksi puluhan orang ini merupakan bentuk solidaritas kepada para Petani Rembang yang saat ini masih menolak pembangunan PT Semen Indonesia.

    Dalam aksinya, selain menggelar orasi mereka juga memamerkan beberapa gambar para pejuang tani. Gambar tersebut ditempelkan pada selembar kain hitam yang dipajang di tepi jalan.

    Menurut Pesa Nur Muttaqien, Juru Bicara Front API Bandung, aksi yang dilakukan bersama rekan-rekannya adalah untuk mengingatkan seluruh warga Indonesia, hingga saat ini para Petani Rembang masih berjuang menolak adanya pabrik dan industri pertambangan semen.

    - Advertisement -

    “Ini sudah 100 hari para Petani Rembang melakukan penolakan terhadap PT Semen Indonesia. Kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu, sementara para bapak-bapaknya masih tetap bertani walau lahan mereka tertutup debu,” katanya kepada wartawan.

    Aksi solidaritas tersebut, tambah Pesa tidak hanya dilakukan di Kota Bandung saja, tetapi di 100 kota di Indonesia. Salah satunya di Jogja dan Surabaya. Mereka berharap, aksi yang dilakukan bisa dilihat oleh para pejuang tani di Rembang. “Biar mereka bisa terus bersemangat memperjuangkan hak-haknya,” imbuhnya.

    Pabrik semen yang mulai melakukan operasi tambang sejak 2012 ini dirasa semakin mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Mulai dari debu hingga berkurangnya debit air. Bahkan, saat ini kondisi air pun kotor.

    Pesa juga mengatakan, dalam waktu dekat Presiden Terpilih Joko Widodo berencana akan mendatangi lokasi untuk menyelesaikan masalah secara legal. Namun dia pesimis, para petani akan memperoleh keadilan. “Kalau secara legal, mereka akan kalah karena tanah tersebut milik perhutani,” ujarnya.

    Selain melakukan orasi dan memamerkan sejumlah gambar para pejuang tani, aksi tersebut juga diwarnai dengan pantomim serta pembacaan puisi. Aksi damai tersebut baru bubar sekitar pukul delapan malam.[Mega Dwi Anggraeni]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here