SURABAYA, KabarKampus – Jumlah mahasiswa Drop Out (DO) di kampus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya mengalami peningkatan pada tahun 2014. Terhitung hingga 1 Oktober 2014 jumlah mahasiswa ITS yang DO adalah sebanyak 21.358 orang. Tahun sebelumnya jumlahnya sebanyak 20.489 orang.
Drs Tri Budi Utama MSM, Kepala Biro Akademik dan Perencanaan Kemahasiswaan Mahasiswa ITS, mengatakan, mahasiswa yang DO ialah mahasiswa yang belum berhasil melewati evaluasi selama menjalani masa perkuliahan di kampus. Dari evaluasi data, jumlah mahasiswa DO paling banyak adalah mahasiswa yang tidak memenuhi evaluasi satu dan evaluasi dua pada tahap persiapan.
Menurutnya, evaluasi pendidikan tersebut dilaksanakan pada akhir semester dua, akhir semester empat, serta akhir semester empat belas. Apabila mahasiswa tidak mampu melewati evaluasi satu, maka mahasiswa akan mendapatkan peringatan. Namun jika mahasiswa yang bersangkutan tetap tidak mampu melewati evaluasi dua, maka mahasiswa tersebut akan terkena DO.
Namun, menurut Tri Budi, jumlah mahasiswa DO tersebut tergolong kecil. “Saat ini masih 0,6 persen untuk mahasiswa sarjana,” ujarnya.
Ia menjelaskan, berdasarkan target ITS, jumlah mahasiswa DO pada periode 2014-2015 adalah sebanyak 1,3 persen dari jumlah total mahasiswa tingkat sarjana, sebanyak 1,5 persen dari jumlah total mahasiswa tingkat diploma, serta sebanyak 1,4 persen untuk tingkat pasca sarjana.
“Untuk saat ini realisasi jumlah DO tersebut secara umum masih dibawah,” tambahnya.
Sementara itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr Ismaini Zain MSi, Kepala Badan Akademik pada tahun 2013, kebanyakan mahasiswa di DO karena tidak mampu melewati masa evaluasi satu.
“Dalam masa evaluasi ini mahasiswa kebanyakan tidak lulus mata kuliah UPMB (Unit Pengelola Mata Kuliah Bersama)” kata dosen Jurusan Statistika ini.
Pada tahap itu menurutnya, mahasiswa masih belum mampu menyesuaikan diri dengan dunia kampus. Karenanya, dibutuhkan peran dosen wali dalam membimbing mahasiswanya hingga mahasiswa mampu mengikuti arah perkuliahan dengan baik.
Dalam penelitiannya, Ismaini menerangkan bahwa dibutuhkan revitalisasi peran dosen wali dalam menuntun mahasiswa. Dalam hal ini dosen wali harus mampu mendengar serta memberikan alternatif penyelesaian masalah bagi mahasiswa. Selain itu juga dibutuhkan transparansi antara mahasiswa dan dosen wali dalam menyusun program studi.
Selain itu kata, Ismaini, dosen juga harus memiliki rancangan pembelajaran dalam melaksanakan pembelajaran. Tak hanya dosen, mahasiswa juga harus berusaha sebaik mungkin untuk mencapai setiap capaian pembelajaran yang diharapkan.[]