Sejumlah Perguruan Tinggi penyelenggara Pendidikan Vokasi di Indonesia mendeklarasikan Forum Pendidikan Vokasi Indoensia di kampus Universitas Indonesia, Depok, Selasa, (19/05/2015). Pokok yang dibahas dalam deklarasi tersebut adalah mengembangkan pendidikan vokasi berbasis kompetensi dan sertifikasi, serta sistem atau pendekatan pendidikan berbasis produk.
Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan dari UGM, Brawijaya, IPB, STTNAS Yogya, UPN Jakarta dan Universitas Negeri Yogyakarta. Selain itu deklarasi ini juga dihadiri oleh pimpinan dari 21 Perwakilan Asosiasi Profesi dan Industri seperti Asosiasi Ahli Manajemen Indonesia, Institut Akuntan Publik, Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia dan sebagainya.
Ir. Hotma Prawoto, S.M.T., IP-Md, ketua Forum Perguruan Tinggi Vokasi se-Indonesia mengatakan, deklarasi Forum Pendidikan Vokasi Indonesia langkah politis menghadapi politik orang asing yang akan memasuki Indonesia seenaknya. Hal itu karena pendidikan vokasi adalah yang paling strategis untuk menyalurkan tenaga kerja yang bersertifikat dan terlindungi haknya.
“Hal itu untuk menyelematkan tenaga kerja Indonesia dari bencana demografi akan terjadi di Indonesia,” katanya.
Hotma menjelaskan, lulusannya Vokasi nantinya tidak cuma mendapatkan ijazah kelulusan D3, namun juga mendapatkan sertifikasi profesi. “Dia tidak Cuma mendapat ijazah sebagai bukti dia mencapai kompetensi tertentu. Tapi sertifikat adalah pengakuan terhadap kompetensi dia,” ungkap Hotma.
Hal ini kata Hotma, nantinya berkaitan dengan dunia industri yang menggunakan keahlian mereka. Karena persaingan tenaga kerja mensyaratkan adanya sertifkasi tersebut.
“Harapan saya Menristek dikti dan Menraker membantu pendidikan vokasi untuk mendukung pendanaan untuk sertifikasi. Sehingga sertifikasi ini menjadi sebuah keharusan di institusi pendidikan. Jadi yang dihasilkan adalah tenaga kerja yang siap bersaing di manapun,” ungkapnya.
Sementara itu Muhammad Anis, Rekor Universitas Indonesia mengungkapkan, sertifikasi pada program Vokasi memberikan standar skill tertentu yang tidak didapat mahasiswa di kuliah. Standar skill tersebut diberikan melalui pelatihan-pelatihan yang kemudian diuji. Bila lulus mereka akan mendapatkan sertifikasi tersebu.
“Dengan sertifikasi itu para lulusan D3 tidak hanya bisa bersaing di dalam negeri namun juga di luar negeri, ,” kata Rektor.
Selain itu kata Rektor, dengan adanya sertifikasi itu bisa membuat sarjana D3 lebih hebat dari sarjana S1, karena Ijazah S1 Cuma selembar kertas.[]