Akhirnya, puluhan ribu orang yang memadati kawasan Candi Agung Borobudur sejak pagi bisa mengikuti Festival Lampion Terbang Waisak 2015. Para biksu asal Thailand memimpin langsung prosesi yang menyedot perhatian anak muda. Sebelum menerbangkan lampion, seorang biksu memimpin meditasi dalam bahasa Inggris. Salah satu panitia menjadi penerjemah.
Saat itu waktu telah menunjukkan sekira pukul 00.30 WIB.
Dalam meditasi, sang biksu mengajak umat buddha dan wisatawan untuk melepaskan energi buruk di dalam tubuh. Menjernihkan pikiran dan jiwa dalam menyambut perayaan Tri Suci Waisak. Sementara puluhan ribu orang yang lain dengan sabar menunggu di luar garis “landasan” lampion terbang.
Panitia menyiapkan 1200 lampion terbang yang dibawa dari Thailand. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, biksu memberitahukan bagaimana cara menyiapkan lampion agar sempurna. “Festival ini bisa berhasil, jika kita semua mau bekerjasama menerbangkannya,” kata biksu.
Memang tidak mudah mengatur orang banyak sehingga butuh kesabaran yang luar biasa.
Penerbangan lampion dilakukan 3 kali. Jika ada lampion yang terbakar, panitia dengan sigap membantu dan mengganti lampion peserta. Sehingga tidak perlu khawatir. Seperti kata biksu, untuk menerbangkan lampion harus sabar dan bekerja sama. Bayangkan jika orang-orang tak mengikuti komando dari biksu, tentulah lampion itu akan terbang sendiri-sendiri. Secara visual pun kurang menarik.
Dan saat lampion terbang ke angkasa, kawasan Candi Borobudur semakin tampak indah. Sejumlah anak muda tampak tidur-tiduran di rumput sambil memandang lampion yang semakin tinggi. Momen yang indah inilah yang membuat ribuan orang ingin selalu datang ke Candi Agung Borobudur.
Para pengunjung histeris dan bertepuk tangan menyaksikan “harapan dan doa” terbang ke langit. Diantara lampion-lampion terbang itu, ada tulisan yang berbunyi,”mudah dapat jodoh dan lancar skripsi.”
Ah, itu pasti mahasiswa. []