Konser simfoni orkestra Bandung Philharmonic “Heroes” sukses memainkan karya Ludwig van Beethoven, Simfoni No3, Op. 55 “Eroica” di Gedung Merdeka, Bandung, Sabtu malam (23/04/2016). Konser dipimpin oleh seorang konduktor asal Amerika Serikat, Robert Nordling.
“Eroica” karya Beethoven terdiri dari empat bagian, yakni : Allegro con brio, Marcia Funegre : Adagio assai, Scherzo : Allegro vivace, dan Finale: Allegro molto.
Lagunya panjang dan meliuk-liuk. Kadang cepat dan keras namun tiba-tiba pelan. Eroica merupakan simfoni ketiga dari sembilan simfoni ciptaan Beethoven. Karya ini pertama kali diperdengarkan di Theater an der Wien di Wina, pada 7 April 1805.
Di bawah aba-aba Robert Nordling, sekitar 60 musisi muda berjibaku memainkan setiap alat musik. Menterjemahkan setiap partitur. Memainkan perasaan Beethoven yang campur aduk. Dan meski di barisan penonton ada yang tertidur pulas, ratusan penonton lainnya menunggu kejutan selanjutnya dari “Eroica”.
Sementara wajah para musisi tak kalah ekspresif bertaut dengan musik yang mereka mainkan.
Ada yang terlihat tegang, senyum, melotot, dan begitu juga Robert Nordling yang menggerakan seluruh anggota tubuhnya. Konduktor yang juga pendiri San Fransisco Bay Chamber Orchestra ini, bergerak ke kiri dan ke kanan sambil memainkan tongkat kecil seperti tongkat milik Harry Potter.
Musik panjang karya pendukung Revolusi Prancis ini membuat keringat Robert Nordling bercucuran. Dan ketika usai, para penonton berdiri memberikan tepuk tangan yang meriah. Musisi menerima sambutan itu dengan berdiri juga. Kali ini senyum mereka tampak sumringah.
Inilah sejarah baru di gedung yang telah melahirkan semangat perdamaian dunia. Dengan kata lain, melirik sedikit ke sejarah “eroica”, maka telah hadir warna lain dari semangat perdamaian lewat sebuah orkestra.
“Eroica atau pahlawan karya Beethoven merupakan karya yang paling banyak dipentaskan dalam sejarah orkestra. Karya ini dibuat untuk menghormati Napoleon Bonaparte yang telah berhasil membangun republik yang bebas. Namun saat Napoleon menjadi kaisar, Beethoven marah dan menghapus nama “Buonarparte”. Ia menyobek kertas partitur dan melakukan revisi,” kata Robert Nordling saat memberikan pengantar mengenai Simfoni No 3, Op. 55 “Eroica”.
Dia juga mengatakan setelah nama Napoleon dihapus kemudian diganti dengan “Eroica” tidak ada yang tahu siapa pahlawan sebenarnya. “Bisa jadi para musisi yang telah bekerja keras selama ini, atau bisa juga Anda semua yang telah membantu menyukseskan konser Heroes,” kata Robert Nordling
Sejumlah lagu yang dimainkan simfoni orkestra Bandung Philharmonic antara lain, lagu kebangsaan “Indonesia Raya” karya WR Supratman, “Indonesia Pusaka” karya komponis lagendaris Ismail Marzuki, serta karya Richard Wagner, Edward Elgar, dan Marisa Sharon Hartanto Utama.
Konser “Heroes” dalam rangkaian peringatan Konferensi Asia Afrika ke-61 merupakan salah satu sikap nyata musisi muda Bandung untuk memberikan penghormatan atas jasa-jasa para pemimpin dunia menciptakan perdamaian di muka bumi. Semangat dan kerja keras inilah yang juga menjadi pijakan utama Bandung Philharmonic menapaki karir sebagai orkestra di dunia.
Semoga gema simfoni orkestra Bandung Philharmonic bisa bertahan hingga masa depan! []
Tulisan yg keren. Terima kasih.
Saya yg jadi pemain timpani pada konser tsb 😉