BANDUNG, KabarKampus – Aksi demo Pedagang Kaki Lima (PKL) Purnawarman Bandung bersama mahasiswa di pintu masuk Pemkot Bandung, akhirnya dibubarkan paksa Satpol PP dan aparat kepolisian kota Bandung, Sabtu, (16/04/2016). Pembubaran paksa dilakukan setelah mahasiswa dan PKL menduduki pintu gerbang kantor walikota selama dua hari.
Aksi ini adalah upaya memerotes kebijakan Ridwan Kamil, Walikota Bandung yang dianggap otoriter dalam merelokasi PKL di jalan Purnawarman. Mahasiswa yang mengadvokasi para PKL menilai Ridwan Kamil tidak mau mendengarkan aspirasi PKL.
“Kami mengatakan Ridwan Kamil otoriter bukan tanpa dasar. Bagaimana dia menjalankan kebijakannya sangat terlihat. Dia baru ngobrol sekali dan satu arah dengan PKL, kemudian langsung memaksa PKL untuk bubar,” kata Andi Bhatara, mahasiswa Seni Murni ITB yang mengadvokasi PKL Purnawarman.
Menurut Andi Bhatara, mereka menghargai relokasi yang dilakukan Pemkot Bandung. Tapi seharusnya Ridwan Kamil juga mendengarkan aspirasi masyarakat. Apalagi ada sesuatu yang salah dengan relokasi tersebut.
“Pendapatan PKL Purnawarman mines 154 persen,” kata Andi Bhatara.
Lebih lanjut Andi Bhatara menjelaskan sebelumnya mereka sudah berupaya menyampaikan aspirasi para PKL. Namun di kantor Pemkot, mereka justru dilempar sana-sini. “Jadi wajar kalau kami turun ke jalan. Ini karena aspirasi kami tidak didengar,” ungkapnya.
Selanjutnya kata Andi Bhatara, mereka aksi di jalan Purnawarman dan berlanjut di Kantor Walikota Bandung. Kemudian baru bertemua Ridwan Kamil sekitar pukul 01.00 WIB dini hari.
“Di sana terjadi diskusi sangat alot, namut Ridwan Kamil tidak mau mendengarkan suara masyarakat. Itu diskusi satu arah terus. Dia malah mendikte kami. Karena itu kami bilang dia otoriter,” ungkap Bhatara yang aktif di organisasi Rakapare ini.
Apalagi dialog yang mereka lakukan bersama Ridwan Kamil, justru tidak membahas masalah PKL Purnawarman. Melainkan menyerang secara personal ke mahasiswa dan menyalahkan demo. Jadi yang dibicarakan bukan aspirasi mereka, melainkan teknis.
Menurut Bhatara, mereka tidak hanya melawan atas kebijakan Pemkot Bandung. Melainkan juga menawarkan solusi. Mereka sudah membuat proposal yang diberikan kepada Ridwan Kamil. Proposal itu berisi desain penataan PKL di Purnawarman, mulai dari ukuran, warna cat, dan sebagainya.
“Desain itu kami buat supaya ada hak pejalan kaki di sana. Sementara PKL hanya menggunakan seperempat ruas trotoar saja,” ungkapnya.
Namun sayang, ungkap Andi Bhatara, proposal beserta peta relokasi yang mereka berikan kepada Ridwan Kamil hanya digulung dan tidak dibuka sama sekali. Ridwan Kamil tidak mendiskusikan apapun terkait proposal itu.
“Dia hanya bilang bagus ada proposal,” jelasnya.
Ridwan Kamil, selaku pihak yang diprotes juga angkat bicara terkait aksi tersebut. Dia menyangkal dianggap otoriter dalam mengatur kota.
“Justru disaat saya menjadi walikota, forum-forum warga (sesuai keahlian) dibentuk untuk menasehati walikota dalam mengambil kebijakan agar pro publik dan tidak otoriter / fasis atau one man show. Hatur Nuhun,” jelas Ridwan Kamil.[]