BANDUNG, KabarKampus – Mulai 1 April 2016 tidak ada ada lagi mobil truk pengangkut sampah yang keluar masuk kampus Sekolah Tinggi Teknik Perusahaan Listrik Negara (STT PLN), Jakarta. Hal itu karena saat ini seluruh sampah yang dihasilkan di STT PLN dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Progam yang digagas STT PLN ini dinamakan Program Listrik Kerakyatan. Lewat program ini selain bisa menyelesaikan masalah sampah perkotaan, juga bisa memberikan solusi bagi masalah listrik nasional.
“Per 1 April 2016 tidak ada lagi truk sampah keluar masuk kampus. Jadi sampah yang dihasilkan oleh 3000 mahasiswa, 150 dosen, dan 100 karyawan STT PLN, sekarang setiap hari sudah selesai di dapur. Karena saat ini kami sudah memiliki Sistem Daur Ulang Sampah atau yang dinamakan Si Daus,” kata Dr. Ir. Supriadi Legino, Ketua STT PLN di Bandung, Sabtu, (02/03/2016).
Ia mengatakan, Si Daus ini dibuat untuk menyelesaikan masalah sampah di STT PLN. Pada awalnya mereka membuat semacam biopori atau lobang untuk membuang sampah agar mengundang cacing-cacing yang bisa membuat tanah menjadi subur. Kemudian karena STT PLN adalah sekolah kelistrikan, maka mahasiswa D3 Mesin mencoba membuat alat untuk mengolah sampah menjadi listrik tersebut.
“Dari sana idenya. Awalnya kami cuma memanfaatkan sampah menjadi bermanfaat, tapi karena kami orang listrik, jadi kami memanfaatkan sampah sebagai energi listrik,” terang Supriadi.
Menurutnya, dengan mengolah sampah secara mandiri, STT PLN tak lagi membayar mobil truk sampah yang mengangkut sampah di STT PLN. Uang sebesar 3 Juta Rupiah sebulan yang digunakan untuk membayar truk sampah, dialihkan untuk membayar mahasiswa yang mengolah alat pembangkit listrik ini.
“Pengelolaan ini tidak memerlukan skill khusus. Mahasiswa baru juga bisa,” ungkapnya.
Bagi Supriadi, yang paling utama dalam program ini adalah mendidik mahasiswa atau masyarakat kampus untuk mengelola sampah dengan baik. Sisa makanan yang dihasilakn harus dimasukkan ke sebuah ember yang khusus sampah organik.
“Bila di ember tersebut ada sampah plastiknya, maka sampahnya tidak usah dibuang, biar bau sampah sekalian. Ini untuk mendidik,” ungkap Ketua STT PLN Periode 2015-2018 ini.
Selanjutnya sampah organisk yang telah dikumpulkan, dimasukkan ke digester biogas. Dalam kurang waktu satu bulan sudah bisa menghasilkan gas untuk menjalankan genset dan menghasilkan listrik.
Selain menjalankan program ini di STT PLN, kampus yang terletak di Jakarta Barat ini juga mengembangkan program ini di Pondok Kopi, Jakarta Timur. Selanjutnya STT PLN menggandeng sejumlah kampus untuk menerapkan program listrik kerakyatan. Salah satunya adalah di Universitas Pasundan, Bandung.[]
turut bangga…selaku aloemnie……….klau bisa ditingkatkan lagi pak kapasitasnya….dari yg saya dengar belum maksimal…bisa memanfaatkan sampah warga sekitar untuk meningkatkan kapasitas gensetnya……
biasa saja
Manteb…..inovasi trus….kampus tercinta…….i love you full