Banyaknya keluhan-keluhan kecil terhadap pemerintah kota yang belum tersampaikan dengan baik, mendorong tiga anak muda asal Surabaya membuat aplikasi yang bisa mempermudah hal tersebut. Melalui aplikasi ini keluhan yang masuk dan diterima akan langsung ditanggapi pemerintah.
Aplikasi ini dibuat oleh Tito Febrian Nugrah, mahasiswa jurusan Sistem Informasi ITS dan tiga teman lainnya yaitu dua dari jurusan Sistem Informasi dan satu dari jurusan Arsitektur. Mereka menamakan aplikasi tersebut dengan City113 dan Aplikasi ini serius digeluti di Start Surabaya.
“Dulu namanya sempat repord.in, berganti menjadi Surabaya113 dan kini City113 agar lebih umum,” ujar Tito.
Menurut Tito, selama ini keluhan-keluhan kecil skala kota dirasa belum tersampaikan dengan baik. Karena itu, mereka mencoba menghadirkan solusi, agar keluhan yang masuk dapat langsung diterima dan ditanggapi oleh pemerintah.
“Setelah masuk ke pemerintah kota, akan diteruskan ke dinas terkait sehingga langsung ditangani,” jelas Tito.
Tito menjelaskan, sistem kerja aplikasi ini sangat mudah. Masyarakat tinggal mengirim foto keluhan dan mengunggahnya ke aplikasi untuk segera disampaikan ke pemerintah kota. Pengguna juga dapat melihat timeline keluhan dan mengedit profil.
Selanjutnya, setiap akhir bulan walikota dapat mengecek kinerja dinas yang mendapat pelaporan. Sehingga tampak jumlah keluhan yang masuk, jumlah keluhan yang ditanggapi atau diselesaikan. Begitu juga dengan lokasi dinas yang paling banyak memiliki keluhan.
“Dengan demikian keluhan masyarakat diharapkan bukan hanya kata-kata,” terang Tito.
Tak berhenti di situ, aplikasi yang sudah lolos tahap alpha-testing ini juga memberikan fasilitas untuk melihat seberapa jauh tanggapan yang diberikan oleh pemerintah. Mulai dari respon awal, proses pengerjaan hingga keluhan tersebut tuntas digarap.
City113 menjamin tidak adanya pelaporan palsu melalui konsep crowdsourcing. Konsep ini juga membantu pemerintah untuk meminimalisasi laporan palsu yang kerap meresahkan. Masyarakat dapat menilai langsung kebenaran laporan yang masuk ke aplikasi.
“Kalau ada berita palsu, masyarakat bisa dislike atau report beritanya,” lanjut Tito.
Aplikasi yang dirintis sejak Januari 2015 ini juga dilengkapi menu crawling dari twitter sehingga laporan yang masuk melalui akun e100ss (Suara Surabaya) juga dapat dilihat melalui City113. Saat ini, City113 versi alpha-testing sudah dapat diunduh melalui Playstore. Namun masih sebatas pelaporan langsung dan belum terhubung dengan pemerintah. Rencananya City113 versi resmi yang telah lolos beta-testing akan rilis November 2016 mendatang.
Dalam versi resminya, aplikasi ini akan dilengkapi dengan milestone pengerjaan dari pemerintah, peta lokasi spesifik terjadinya pelaporan dan fitur gemifikasi. Dengan fitur gemifikasi ini, semakin banyak laporan valid yang dikirimkan maka semakin banyak poin yang diperoleh pengguna. Poin ini nantinya bisa ditukar dengan hadiah seperti diskon bayar pajak atau sejenisnya.
Sistem poin ini rencananya juga akan diterapkan bagi pengguna yang melaporkan berita palsu pengguna lain dan pengguna yang memberikan tanggapan mengenai pelaporan. Hal ini menjadi iming-iming apik untuk menarik massa.
“Tak hanya melalui publikasi, saat peluncuran resmi juga akan ada lomba pelaporan masyarakat sehingga diharapkan masyarakat mau berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan permasalahan kotanya,” jelas mahasiswa angkatan 2012 ini.
Selanjutnya, Kata Tito, mereka tidak menutup kemungkinan untuk pengembangan ke berbagai sistem operasi (OS) lainnya. Namun satu dua tahun ini mereka akan fokus pada android, setelahnya berlanjut ke Iphone dan Windows.
Saat ini City113 sudah bekerjasama dengan Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Surabaya yang nantinya juga akan menggandeng dinas lain seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Walikota secara langsung. Berbagai respon positif dari pemerintah juga mengalir deras.[]