Menjadi kiper terbaik dunia dalam ajang Street Soccer Homeless World Cup 2016 merupakan kepuasan tersendiri bagi Eman Sulaeman, Kiper Tim Nasional Indonesia. Bagi Eman, prestasi yang diraihnya tersebut membuktikan orang disabilitas bisa berprestasi di Mancanegara.
“Prestasi ini juga mewakili orang disabilitas di Indonesia,” kata Eman Sulaeman di Rumah Cemara, Bandung, Selasa, (19/07/2016)
Eman sendiri merupakan orang disabilitas pertama yang mengikuti ajang Homeless World Cup. Ia mengikuti ajang tersebut dengan seleksi yang cukup ketat yang digelar oleh Rumah Cemara Bandung. Hingga akhirnya bisa membawa Timnas Indonesia pada posisi ketujuh dari 52 negara perserta dan mendapat penghargaan sebagai kiper terbai dunia di ajang Homeless World Cup 2016 yang digelar di Glasgow, Skotlandia dari tanggal 10 – 16 Juli 2016.
Pemuda kelahiran Majalengka 7 Febuari 1988 ini mengaku, menyukai sepak bola sejak Sekolah Dasar. Ketika itu ia merasakan, bermain bola menimbulkan rasa senang dan bahagia. Dari sana, Eman terus menggeluti sepak bola dan selalu mengikuti pekan olahraga alias turnamen antar kelas.
“Waktu SD saya menjadi penyerang dan bisa membuat gol,” ungkap anak kedelapan dari delapan bersaudara ini.
Menurut Eman, dengan keterbatasan yang ia miliki, pada awalnya banyak orang meremehkan kemampuannya bermain bola. Namun makin ke sini, tidak ada lagi diskriminasi.
“Mungkin mereka juga tahu, orang yang memiliki kekurangan kaya Eman, punya kemampuan yang melebihi mereka,” jelas penggemar Ronaldo ini.
Kecintaan Eman terhadap sepak bola juga juga mendorong Eman untuk membuat Klub Sepak Bola di Majalengka pada tahun 2010 lalu. Klub yang dikelolanya tersebut pernah menjadi juara pertama dalam kompetisi sepak bola di Majelengka dan juga menjadikannya sebagai pemain bola terbaik di Majelengka.
Selama mengikuti Homeless World Cup di Glasgow, Skotlandia Eman mengaku mendapat banyak saudara baru. Banyak orang yang memperlakukannya dengan respek dan mendapat banyak antusias dari berbagai negara yang mengikuti homeless world cup dan juga para penonton pertandingan.
Setelah pulang ke Majalengka nanti, Eman mengaku, hal pertama yang dilakukannya adalah berkumpul bersama keluarga. Selanjutnya ia berharap bisa berbagi pengalaman dan ilmu dengan komunitas yang ada di Majalengka.
“Saya ingin berbagi sama mereka yang didapat selama dua bulan, baik pengalaman pada saat training maupun pertandingan di HWC 2016,” ungkap Eman.
Eman berpesan kepada seluruh penyandang disabilitas di Indonesia, agar tetap semangat untuk hidup. Bagi mereka yang memiliki kemampuan, tunjukkan kemampuan tersebut, jangan malu atau minder.[]