NATALIA OETAMA
Novel ini dibuka dengan berita kematian Anwar Sadat yang dituliskan dengan gaya penulisan yang begitu dramatis dan lugas. Sedikit berbeda dengan buku pertama Cantik itu Luka yang mengusung topik yang lebih sureal, lelaki harimau hadir dengan topik yang realis, begitu dekat dan lekat.
Kepiawaian Eka dalam bercerita dan tokoh-tokoh sederhana yang begitu nyata membuatmu terhanyut. Buku ini seperti ular berbisa yang membiusmu sejak lembar pertama di buka. Penulis kelahiran Tasikmalaya ini membuatmu tersihir masuk ke dalam cerita drama keluarga menyentuh tentang Margio, tokoh utama yang membunuh Anwar Sadat.
Salah satu kelebihan dari buku ini adalah pemaparan dari tiap tokoh yang dibuat hadir secara utuh dengan segala emosi yang melingkupinya. Setiap tokoh dan keinginan-keinginan yang melatar belakangi perbuatan mereka dipaparkan dengan diksi yang begitu indah. Tak salah jika novel ini sempat disebut-sebut sebagai novel psikologis oleh Kritikus sastra Katrin Bandel.
Buku yang pernah menjadi Man Booker International Prize Nominee for Longlist (2016), dengan judul Man Tiger, versi terjemahannya ini hadir dengan tema yang sangat merakyat.
Kesederhanaan yang dibalut dengan gaya bahasa yang luar biasa apik membuat buku ini menjadi bersahaja.
Tak ada yang baru dari tema, perjodohan dini bagi anak-anak perempuan di kampung, rumah tangga yang penuh dengan kekerasan fisik dan seksual, anak-anak yang tumbuh membangkang, keberuntungan seorang seniman yang memikat janda kaya, veteran perang yang senang berburu, tentang pusaka yang diwariskan turun temurun dari leluhur.
Semua terasa begitu alami sehingga mempermudah pembaca untuk jatuh dan percaya ke dalam dongeng yang diceritakan Eka.
Salah satu kehebatan penulis kelahiran tahun 1975 ini, dia selalu meletakan ending di kalimat-kalimat awalnya. Melontarkan pernyataan yang penuh pertanyaan dan memaparkannya dengan alur maju mundur yang luar biasa membius untuk kemudian membuat pembaca sama-sama mengamini akhir tersebut sebagai sebuah pelabuhan.
Cara ini tentunya penuh dengan tantangan, ketika akhir sebuah buku telah dipaparkan di awal, penulis memamerkan kepiawaiannya menyihir pembaca untuk bisa bertahan hingga lembar terakhir dan Eka Kurniawan mampu melakukan hal itu.
Ada sedikit bagian yang agak membosankan di tengah buku, ketika cerita terasa begitu lurus dan permainan diksi yang indah tak lagi menghiasi kalimat-kalimat yang dituliskan. Namun pembaca biasanya sudah kadung tersihir untuk tetap melanjutkan teka teki ini. Penulis mengajak semua pembacanya untuk sama-sama menjadi detektif. Menyelidiki peristiwa yang telah terjadi dan mengorek informasi tersembunyi di balik ending tersebut.
Membaca karya Eka Kurniawan seperti membaca karya-karya pengarang dunia di dalam satu buku papar Bernard Batu bara di blognya. Rasanya memang tak terlalu berlebihan Eka disebut-sebut sebagai penulis muda berbakat Indonesia.
Sedikit peringatan saja, penulis punya pengambaran yang cukup sensual untuk adegan-adengan hangat. Eksplisit namun cukup untuk membuat pembaca berfantasi ke arah yang diinginkan. Bisa jadi ini pula yang menjadi bumbu rahasia yang membuat buku-bukunya dilahap dengan nikmat. []
Judul: Lelaki Harimau
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Desember 2015 (pertama terbit 2004)
Halaman: 198