JAKARTA, KabarKampus – Baru sehari Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan Nasional mengusulkan agar sekolah menerapkan sistem belajar “full day”, usulan ini langsung banyak ditolak masyarakat. Salah satunya datang dari Deddy Mahyarto Kresnoputro, salah satu orang tua murid.
Tidak sekedar beropini, Deddy menggalang dukungan agar usulan mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini ditolak. Petisi tersebut ditulisnya di laman change.org dan saat ini telah ditandatangani lebih dari 1500 orang sejak dibuat pada hari Senin, (08/08/2016).
Deddy beralasan Sekolah Full Day tidak akan menjamin karakter anak yang lebih baik karena yg membentuk karakter anak bukan hanya sekolah tapi juga interaksi dengan orang tua dan lingkungan sekitar.
“Pendidikan dasar seharusnya berimbang,” katanya seperti yang ditulis pada laman change.org.
Menurut Deddy, alasan Mendikbud mengusulkan sekolah Full Day tersebut, yaitu pendidikan dasar saat ini tidak siap menghadapi perubahan jaman yang begitu pesat. Kemudian adalah untuk mencegah hal-hal negatif yang bisa didapat oleh anak di luar sekolah, salah satunya adalah dengan memberi kelas agama, dibandingkan dengan belajar agama di luar sekolah yang mungkin bisa terjerumus ke arah ekstrimis.
Padahal Dedy menilai, tren sekolah di negara-negara maju saat ini adalah less school time, no homework, more about character building. Bahkan Deddy menyarankan jutru yang perlu belajar adalah orang tuanya, untuk mengarahkan anak agar tidak terjerumus ke hal-hal yang bersifat negatif.
“Semoga dengan mengisi petisi ini kita bisa membuat para pembuat kebijakan sadar bahwa pilihan ini justru berbahaya, dan mendorong kita para orang tua dan praktisi pendidikan untuk dapat mencari solusi terbaik bagi anak-anak kita di jangka pendek dan bagi kemajuan Bangsa Indonesia di jangka panjang,” katanya.
Sementara itu, Astrid Ariani Wijana, salah satu penandatangan petisi mengatakan, sekolah “full day” hanya merampas kemerdekaan anak-anak. Sudah terbukti bertahun-tahun sistem pendidikan yang hanya fokus pada angka, hanya menghasilkan manusia manusia tidak kreatif.
“Membuat orang dewasa kekanak kanakan! Kembalikan hak hak anak! Keluarga adalah pendidikan yang utama! Kembalikan keceriaan masa anak anak Indonesia! Jangan “penjarakan” anak2 di dalam satu gedung bernama Sekolah! Karena belajar itu sepanjang masa buka selama di sekolah! Alam raya adalah sekolah yang sebenarnya!” tulis Astrid.
Kemudian Afri Saragih mengatakan, peran orangtua dan keluarga sebagai teladan utama dalam pendidikan karakter tidak bisa seenaknya diambil alih oleh sekolah. Pendidikan bermasyarakat juga terancam ketika anak menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah. Data dan keberagaman di Indonesia perlu menjadi pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan nasional, karena area seorang Mendikbud tidak hanya mencakup 1-2 kecamatan, melainkan seluruh daerah di Indonesia tanpa terkecuali.
“Sekolah bukan pabrik dan juga bukan penjara!!” ungkapnya mengomentari petisi Deddy.[]