BANDUNG, KabarKampus – Yunus Mulia Hendriyaman selaku pejabat Presiden Mahasiswa Unisba tidak sepakat, kalau kampusnya dianggap krisis kepemimpinan mahasiswa, karena tidak ada yang mau mendaftar sebagai ketua BEM. Ia menganggap, tidak adanya mahasiswa yang mencalonkan diri, karena syarat-syarat yang diminta telalu berat.
“Syaratnya terlalu tinggi dan terlalu ribet. Terutama untuk point mengumpulkan 400 Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), sertifikat Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa (LDKM), dan makalah mengenai persoalan yang ada dikampus,” kata Yunus.
Menurutnya, sebelumnya ketika ia mendaftar sebagai calon Ketua dan Wakil Ketua BEM Unisba syaratnya hanya 300 KTM. Namun sekarang syarat tersebut dinaikkan.
“Mahasiswa Unisba itu banyak yang mau jadi pemimpin. Jadi syaratnya diturunin dan publikasinya ditingkatin” ungkap mahasiswa yang tidak suka demontrasi ini.
Namun Yunus tidak memungkiri, mahasiswa Unisba sekarang cenderung apatis dan kurang peduli sama kampus. Selain itu keinginan masuk organisasi juga masih kurang.
“Mahasiswa sekarang juga cenderung mengutamakan akademik dan di organisasi mahasiswa juga tidak ada pemantik yang membuat organisasi itu menarik. Sering acara yang dibuat sepi,” kata mahasiswa Psikologi angkatan 2012 ini.
Sementara itu M. Sulaiman, panitia pemilihan ketua BEM Unisba beranggapan, tidak ada yang berat dengan syarat yang mereka berikan untuk calon ketua BEM Unisba. Bila pun ada yang dianggap berat, mahasiswa Unisba belum ada protes terkait syarat yang diberikan.
“Protes justru datang dari penyelenggara pemilu. Protes yang diajukan terkait syarat IPK yang terlalu tinggi. Sekarang syarat tersebut sudah kami hapus,” ungkap Sulaiman yang tercatat sebagai mahasiswa Tarbiyah Unisba ini.
Pembukaan pendaftaran calon Ketua BEM Unisba telah dibuka pada 22 September hingga 02 Oktober 2016. Hingga tanggal yang ditentukan tidak ada satupun mahasiswa yang mendaftar. Kemudian panitia membuka membuka kembali pendaftaran hingga 10 Oktober 2016, namun tetap tak ada yang daftar.[]