More

    Waspada, Jabar Kahiji Daerah Rawan Longsor

    IMAN HERDIANA
    BANDUNG,KabarKampus-Jabar Kahiji (juara satu) bukan hanya slogan untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) yang baru lewat. Di bidang bencana alam, Jabar (Jawa Barat) juga kahiji. Untuk itu pemerintah daerah maupun masyarakat Jabar harus selalu meningkatkan pengurangan resiko bencana (mitigasi).

    “Jabar Kahiji bukan hanya di PON, tapi kesuburannya juga nomor hiji (satu), gunung apinya, juga longsorannya demikian. Memang kondisi tanah dan geologinya seperti itu,” kata Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, Kasbani, Kamis (10/11/2016).

    Kasbani menyampaikan hal tersebut dalam jumpa pers peluncuran buku Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah. Berdasarkan data PVMBG, tahun ini jenis kebencanaan yang paling banyak terjadi di Jawa Barat adalah gerakan tanah yang menimbulkan longsor.

    - Advertisement -

    Ia mengungkapkan, selama 2016 daerah yang paling sering terlanda bencana gerakan tanah adalah Jawa Barat dengan 87 kejadian atau 40 persen dari kejadian gerakan tanah di seluruh Indonesia.

    Bencana longsor di Jabar memakan korban jiwa sebanyak 76 orang, 28 orang luka-luka, serta lebih dari 1.000 bangunan mengalami kerusakan.

    Tingginya potensi bencana, khususnya gerakan tanah di Jabar, maka Badan Geologi meluncurkan buku Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah. Buku ini akan diserahkan kepada gubernur-gubernur di seluruh Indonesia.

    Kepala Badan Geologi Ego Syahrial mengatakan, buku tersebut sebagai acuan atau peringatan dini bagi pemegang kebijakan di daerah, yakni pemerintah provinsi (pemprov). Diharapkan Pemprov melakukan sosialisasi ke pemerintah di bawahnya yakni kabupaten/kota maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

    “Buku ini menjadi bagian dari mitigasi bencana sebagai pengarus utama pengurangan resiko bencana,” jelasnya.

    Buku berisi prediksi gerakan tanah selama sebulan ke depan, peta daerah rawan atau zonasi gerakan tanah hingga tingkat kecamatan se-Indonesia.

    Ia menambahkan, gerakan tanah yang berpotensi longsor biasanya terjadi di saat musim hujan seperti sekarang ini. Hal itu mengacu pada data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

    “Akibat curah hujan di atas normal itu kami mencatat bencana tanah longsor, banjir bandang dan banjir mulai terjadi,” katanya.

    Daerah-daerah yang mengalami bencana tersebut antara lain Tasikmalaya, Kuningan, Garut, dan baru-baru ini banjir di Kota Bandung yang melanda kawasan Pasteur dan Pagarsih.

    “Sesuai dengan data BMKG curah hujan akhir-akhir ini hingga Desember mendatang kondisinya di atas normal,” tambah Ego Syahrial. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here