AUSTRALIA PLUS
Alle McMahon
Sebentar lagi Anda mungkin akan lebih mengenal nama Devon Terrell, aktor Australia berusia 24 tahun, karena dia menjadi pemeran Barack Obama, yang akan mengakhiri jabatannya sebagai Presiden Amerika Serikat akhir Januari mendatang.
Terrell yang berasal dari Perth (Australia Barat) memerankan Obama dalam film terbaru berjudul Barry.
Film, yang dirilis di Netflix ini menceritakan masa muda Obama sebagai mahasiswa Universitas Columbia di New York dengan kegiatannya yang suka minum, perokok, pemurung -jauh dari kesan politisi sukses yang kita lihat sekarang ini.
Terlepas dari fakta bahwa film ini adalah peran pertamanya, Terrell juga punya alasan lain untuk gugup.
“Dari yang saya dengar, ada orang-orang dari Gedung Putih di Festival (film) Toronto (di Kanada) ,” katanya.
Walau ulasan awal tentang film ini adalah sesuatu yang harus diterima, panggilan mendadak apapun dari Gedung Putih seharusnya tak perlu dirisaukan.
Sejak tampil perdana di Festival Film Toronto pada bulan September, kritikus telah memuji Barry dan juga Terrell yang menjadi kidal untuk peran itu dan harus mengubah aksen Australia-nya menjadi aksen Obama.
Media LA Times menggambarkan penampilan Terrell “seperti menonton rekaman arsip” untuk memuji penampilannya yang dirasakan betul-betul mirip Obama ketika muda.
“Saya melihat rekaman Obama ketika masih muda selama berjam-jam tak terhitung lamanya,” kata Devon.
Ia menuturkan, “Ini menjadi semacam proses mendalam untuk memahami jiwa anak muda ini ketika ia masih berkuliah dan momen sejenis dalam hidupnya … momen yang membentuknya menjadi sosok dirinya sekarang ini.”
Mencari tempat dan menyesuaikan diri
Meski demikian, lebih mudah bagi Terrell untuk memahami latar belakang Barry.
Dengan ayah asal Kenya dan ibu dari Kansas, Obama lahir di Hawaii, tetapi juga menghabiskan waktu di Indonesia saat masa sekolah dasar.
Ini artinya, banyak momen hidup Obama dihabiskan untuk berusaha menyesuaikan diri.
“Saya lahir di Long Beach, California, dan pada usia lima tahun saya pindah ke Perth di mana keluarga saya tinggal,” ujar Terrell.
“Saya harus mengubah suara saya dan menjadi orang Australia. Mungkin saya adalah satu-satunya Afrika-Amerika keturunan India di Perth, sehingga saya tak tahu lagi harus berada di lingkungan apa,” ungkap Devon.
Devon mengatakan, ia menemukan dirinya sendiri ketika ia mulai belajar akting di Institut Seni Drama Nasional (NIDA) di New South Wales -tempat di mana orang-orang seperti Cate Blanchett dan Hugo Weaving mengawali karir mereka.
Bagi Obama, kehidupan kampus juga penting.
Pada tahun 1981 -ketika kaus, jaket kulit hitam dan walkman Sony populer -Obama muda berjuang untuk menemukan “tempat” sebagai mahasiswa berkulit hitam di universitas bergengsi yang didominasi kulit putih.
Dalam film Barry, ia membagi waktu untuk menjadi seorang sarjana universitas ‘Ivy-League’ (papan atas) dan menjadi seorang pacar dari gadis berkulit putih, di sisi lain juga menjadi “pemuda kulit hitam” di lapangan basket dan diperlakukan sebagai orang yang dicurigai di kampusnya sendiri.
Terrell mengatakan, pertanyaan yang diajukan Obama kepada dirinya sendiri adalah sama seperti yang direnungkan banyak anak muda sekarang ini.
“Di sepanjang film Barry, ia (Obama) adalah seorang pemuda yang berusaha untuk menemukan dirinya dan berurusan dengan hal-hal seperti ras dan sejumlah agenda yang masih terjadi saat ini,” kata Terrell.
“Saya mengajukan pertanyaan yang sama pada diri saya seperti yang ia tanyakan pada usia itu. Menurut saya, ini adalah cerita yang bagus untuk ditonton anak muda sambil mengatakan, ‘Ya Tuhan, Barack juga mengalami hal yang sama seperti saya’,” ujarnya.
Pendapat Obama muda soal Trump
Penayangan film Barry muncul di saat Amerika Serikat mempersiapkan perpisahan untuk Presiden ke-44-nya, dan menyambut pengusaha Donald Trump sebagai Presiden yang baru.
Tumbuh di Australia, Terrell harus banyak belajar tentang politik AS sebagai persiapan sebelum syuting film.
“Itu selalu muncul di berita, dan ada di sekitar Anda. Anda harus menjadi politis di Amerika,” sebutnya.
Dalam film Barry, Obama muda baru mulai membentuk pandangan politiknya, yang nantinya akan menentukan arah kepresidenannya. Ketika ditanya soal apa yang akan dikatakan Barry muda soal kemenangan Trump, Terrell menuturkan, kemungkinan Barry akan optimistis.
“Saya pikir ia akan memiliki semangat yang sama … bahwa ada harapan bagi generasi muda untuk mengambil kesempatan ini dan menjadi lebih terlibat secara politik,” katanya.
Sementara Terrell sendiri memiliki harapan besar di tahun 2017 menyusul penayangan Barry.
“Saya dikirimi banyak naskah … Saya rasa 2017 menjadi tahun yang sangat menarik bagi saya,” ujarnya. []