IMAN HERDIANA
BANDUNG, KabarKampus-Adi Marsiela, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung, mengingatkan pentingnya peran media massa di zaman media sosial (medsos) dewasa ini. Media massa adalah lembaga resmi yang menyajikan informasi terkait kepentingan publik.
Sementara medsos bukan lembaga resmi penyaji informasi. Semua informasi yang beredar di medsos belum tentu disajikan berdasarkan metode jurnalistik yang menekankan kepentingan publik.
Tapi apa mau dikata, meski sudah dinyatakan kabar bohong (hoax), rumor, desas-desus, fitnah, informasi telah menyebar luas lewat medsos. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan dan jumlah informasi menyebabkan pengguna medsos tak sanggup lagi berpikir jernih, bijak, dan kritis.
Asal share, asal like, dan asal love.
“Teman-teman harus kembali ke media massa…, dengan media massa kita punya waktu menalar informasi,” kata Adi Marsiela saat menyampaikan orasi ilmiah dalam rangka peringatan hari Hak Asasi Manusia “Kilometer Perjuangan” di KaKa Coffe, Juice & News, Jalan Tritayasa No.49, Bandung, Sabtu, (10/12/2016).
Adi Marsiela menjelaskan, media massa mengemban amanat publik untuk menyajikan informasi yang penting bagi publik. Maka, publik berhak mengkritisi media massa.
Kritik publik terhadap media massa penting agar mendorong lahirnya infomasi yang berkualitas. Kritik ini pada akhirnya akan memperbaiki kinerja jurnalis di lapangan maupun perusahaan media massa.
“Kawan-kawan silahkan kritik pers. Kami tak akan maju tanpa bantuan kawan-kawan (publik),” katanya, dalam orasi ilmiah yang dihadiri sejumlah mahasiswa, seniman, aktivis lingkungan dan hukum.
Ia mengungkapkan, kritik untuk media massa televisi dan radio (lembaga penyiaran publik) bisa disampaikan melalui Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). KPI diamanatkan negara untuk mengawasi lembaga penyiaran publik agar kinerja mereka sesuai kode etik jurnalistik.
Sementara untuk mengkritik media cetak atau online, publik bisa menyampaikan kritiknya ke Dewan Pers. Kritik disampaikan melalui surat maupun email. []