IMAN HERDIANA
April tahun lalu, peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang ke-60 tahun diperingati gegap gempita. Sebuah komunitas pecinta sejarah Bandung meluncurkan sebuah buku berjudul “Pernik Konferensi Asia Afrika 2015” (terbitan Aleut, 2016).
Buku 50 berisi artikel ini diluncurkan dalam Festival Indonesia Menggugat#3: Pekan Literasi Kebangsaan di Gedung Indonesia Menggugat, Jalan Perintis Kemerdekaan, Bandung, yang berlangsung 1-7 Desember 2016.
Irfan Teguh Pribadi, salah seorang penulis buku Pernik KAA 2015, mengatakan pihaknya ingin memotret KAA dari sudut pandang warga. Beberapa munggu sebelum hari H, Komunitas Aleut membentuk tim inti yang terdiri dari enam orang.
Tugas tim inti adalah liputan selama 30 hari menjelang maupun saat KAA 2015. Dalam sehari mereka bisa membuat lima berita.
Sebelum hari H, Kota Bandung sangat sibuk. Infrastruktur Bandung diperbaiki secara besar-besaran, jalan-jalan dihias, taman-taman dibangun, dan singkat kata, Bandung bersolek habis.
Saat itu masyarakat banyak menerima pesan berantai tentang potensi kemacetan akibat KAA. Masyarakat diminta menghindari jalan tertentu agar tak tambah macet. “Padahal harusnya warga dilibatkan dalam acara,” katanya.
Pada hari H dimana para kepala negara KAA hadir, tim inti yang terdiri dari enam orang itu tak bisa masuk ring dua apalagi ring satu. Tim jurnalisme warga ini hanya sampai di ring tiga.
“Tapi kami dari awal ingin menggali cerita dari sisi masyarakat. Tak masalah kami tidak di ring satu, karena ring satu sudah ada media-media besar. Kita ingin sisir masyarakat, bagaimana respon mereka terkait KAA,” terangnya.
Tulisan yang dihimpun dalam buku banyak mengulas hal-hal kecil yang luput dari perhatian media besar. Irfan Teguh Pribadi sendiri menulis tentang graffiti Darso, seniman Sunda, dengan tulisan Kabogoh Jauh (salah satu lagu populer Darso) yang ada di sekitar kawasan KAA ada.
“Sebelumnya graffiti tersebut adalah Kim Jong Un (Presiden Korea Utara), saya sempat foto. Saya tulis itu,” katanya.
Adanya graffiti Kim Jong Un tidak lepas dari isu rencana kedatangan presiden negeri komunis itu ke KAA 2015. Isu ini santer di media massa maupun di media sosial.
Dalam tulisannya, Irfan Teguh Pribadi menjadikan Kim Jong Un sebagai tokoh fiktif yang jadi datang ke Bandung. Dalam imajinasi Irfan, si Kim jalan-jalan ke sejumlah tempat di Bandung, melihat kondisi kritis Kawasan Bandung Utara yang rusak karena pembangunan. Si Kim juga melihat infrastruktur kota yang diperbiki besar-besaran.[]