BANDUNG, KabarKampus – William Robert Mayau, mahasiswa asal Papua merasa jengkel dengan tindakan Rektorat Telkom University (Tel-U) yang memberangus kegiatan literasi di kampus Tel-U. Baginya larangan tersebut sama saja membodohi mahasiswanya sendiri.
“Larangan adanya buku kiri di Telkom University tersebut membuat saya jengkel. Karena buku yang dilarang di sana ada dijual ditoko buku besar di Indonesia,”kata Robert kepada KabarKampus saat mengikuti aksi di depan Kantor Yayasan Pendidikan Telkom Bandung, Selasa, (14/03/2017).
Menurutnya, larangan tersebut artinya melarang mahasiswa untuk memiliki ideologi dan kritis. Cara tersebut merupakan cara yang tidak manusiawi, karena buku adalah sumber ilmu pengetahuan.
“Aku jauh dari Papua mau membela, karena tidak mau ada mahasiswa yang dibodohi. Tidak mau ada mahasiswa yang dilarang untuk menjadi pintar,” ungkap Robert.
Bagi robert, buku merupakan ibu dari ilmu pengetahuan. Bila buku dilarang, artinya dia sama saja melarang Ibunya. Apalagi yang paling gila di Telkom University itu, buku yang dilarang adalah terbitan Tempo dan Ultimus yang legal.
“Bila ini dibiarkan, maka akan menyebar di seluruh kampus. Jadi ini bisa terjadi di mana-mana. Jangan sampai ada lagi