Penggunaan plastik terus meningkat dari hari ke hari. Sehingga berdampak kepada timbunan sampah. Hal ini mendorong mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk membuat alat pengolah sampah plastik menjadi minyak tanah. Mereka menamakannya dengan Garbage Processor
Para mahasiswa ini adalah Dwi Nugroho Zuliansyah (2015) dari prodi Teknik Elektro dan keempat anggotanya, yaitu M. Bagas Syaatnuartoro (2015), Doni Tri Setiawan (2014), keduanya dari prodi elektro, M. Annas Makruf (2015), dan Raditya Dyah Puspitasari (2015) dari prodi Akuntansi. Mereka tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang pengabdian masyarakat UMY.
Dwi Nugroho Zuliansyah (2015) selaku Ketua Tim PKM-M menjelaskan sampah plastik yang tidak terpungut oleh pemulung, penanganannya tidak bisa dilakukan dengan metode landfill atau open dump. Sedangkan mengolah sampah plastik dengan cara pembakaran dapat menghasilkan polutan yang bisa mencemari lingkungan.
“Sehingga diperlukan cara pengolahan lain untuk mengolah sampah plastik, salah satunya dengan cara mendaur ulang sampah plastik menjadi minyak tanah,” ujar Dwi seperti dilansir dari laman UMY.
Alat ini pun diujicobakan di Dusun Kabregan, Wonosari, Gunung Kidul. Dwi beserta tim nya membuat menggunakan alat dengan kapasitas produksi 400 mililiter per 50 menit. Metode yang dipergunakan menggunakan prinsip pirolisis.
“Prinsip pirolisis ini dimana plastik akan dipanaskan di dalam reaktor bersama sampah organik, seperti kayu bakar, maupun dedaunan kering. Setelah plastik dipanaskan sampai suhu di atas titik lelehnya, maka akan menguap menjadi gas yang dialirkan melalui pipa. Sehingga menghasilkan bahan bakar minyak,” jelasnya.
Dwi mengaku, teknik seperti ini telah dilakukan oleh ilmuwan sebelumnya. Namun menurutnya, hasil dari inovasi mereka berbeda dari karya yang sudah dihasilkan sebelumnya. Hasil karya mereka merupakan hasil inovasi dari segi tabung pembakarannya.
“Karya yang dibuat ini mencoba berinovasi dari segi tabung pembakarannya. Ini yang menjadi pembeda alat kami dengan alat lain. Tabung pembakaran yang kami gunakan, selain desainnya sederhana agar mudah digunakan oleh penggunanya,” tambah Dwi.
Selain itu ungkap Dwi, kapasitasnya alat mereka lumayan besar dan menggunaakan bahan bakar sampah organik seperti kayu dan lainnya. Ini sesuai dengan tujuan mereka untuk mengelola sampah yang ada di dusun Kebregan.
“ Jadi tidak hanya sampah plastik yang kami kelola, melainkan sampah yang lain juga kami kelola.” Jelasnya.
Dwi menambah, dengan adanya penemuan ini, bukan hanya sampah plastik saja yang mereka kurangi, namun semua sampah organik maupun anorganik. Selain itu juga bisa mengurangi polusi lingkungan.
“Meskipun dalam penggunaan alatnya baru bisa memuat 4 kg sampah plastik, dan memakan waktu kurang lebih 1 jam,” paparnya.
Pada penelitian yang telah dilakukan sejak tiga bulan belakangan ini, Dwi beserta timnya mengajak kepada masyarakat khususnya warga di Dusun Kabregan untuk memanfaatkan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak agar bernilai ekonomis.
“Alhamdulillah setelah melakukan uji coba terlebih dahulu, kami melakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat dengan memberikan materi bagaimana cara penggunaan alat tersebut secara mandiri. Diharapkan sampah dapat terkurangi, dan terbebas dari polusi lingkungan. Selain itu kami juga berharap warga memiliki tempat pengelolaan sampah,” kata Dwi.[]