Menyantap makanan kaleng selama bulan ramadhan memang praktis dan mudah. Hanya dengan pemanaskan, makanan pun siap untuk disantap.
Namun menurut Dr. Tri Dewanti W., M.Kes, dosen jurusan Teknologi Hasil Pangan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika mengonsumsi makanan kaleng. Seperti pilih kaleng yang kondisinya bagus, tidak berkarat dan utuh, perhatikan juga tanggal kadaluarsa, komposisi bahan, label dan identitas produsen maupun importir.
“Makanan dalam kemasan ditujukan untuk menyimpan dan memperpanjang daya simpan, dapat diawetkan dengan cara dikeringkan, dibekukan maupun disimpan dalam kaleng. Pengemasan dengan kaleng banyak dipilih karena praktis”, jelas Dewanti dalam kegiatan Bincang Santai Bareng Pakar Universitas Brawijaya (BONSAI) pada Jumat (02/06/2017).
Ditambahkan Dian Handayani, dosen jurusan Teknologi Hasil Pangan, makanan kalengan tidak ada salahnya dikonsumsi. Namun yang harus diutamkan adalah makanan segar.
“Sebagus apapun kondisi makanan kalengan, dalam pengolahan dan pengemasannya akan ada kandungan yang berkurang”, jelasnya.
Ia menjelaskan, pengolahan makan kaleng, juga menggunakan zat tambahan pangan. Tambahan pangan ini pada umumnya pengawet, tinggi kadar garam, pemanis dan sebagainya.
Bahkan tambah Dian, pada buah kaleng juga menggunakan natrium untuk pengawetan. Natrium ini akan mengikat air dan harus diperhatikan pada penderita hipertensi.
Selain ketiga bahan diatas, yang harus juga diperhatikan adalah kandungan lesitin dan gelatin untuk kehalalalan pangan.
Dian mengingatkan agar membatasi makanan kaleng. Karena makanan kaleng tidak untuk dikonsumsi setiap hari.
“Utamakan makanan segar. Sesekali mengkonsumsi makanan kaleng tidak masalah, jika terlalu sering dan terlalu banyak bisa menumpuk di badan dan menjadi karsinogenik atau zat pemicu kanker,” tambah Dian.