Alexander Haro – The Inertia Senior Editor
Berangkat dari pertanyaan, apakah mungkin lautan ini kehabisan ikan dan mati? Tim ahli ekologi dan ekonomi internasional telah membuat prediksi yang sangat menakutkan. Hanya dalam beberapa puluh tahun ke depan, samudra di dunia akan menjadi kosong tanpa ikan.
Hal paling menakutkan adalah, prediksi ini didasarkan pada fakta menggunakan ilmu pengetahuan yang runtun. Penelitian itu dipublikasikan dengan kategori ilmu pengetahuan yang tidak menerbitkan omong kosong tetapi data. Maka ini bukan sekedar gertakan.
Penyelidikan itu akan membawa kita kembali ke tahun 2006, dimana riset ini dilakukan oleh pria bernama Boris Worm yang memiliki gelar PhD dari Universitas Dalhousie di Halifax, Nova Scotia. Bersama dengan beberapa rekan kerjanya di Inggris, Swedia dan Panama, Worm meramalkan pada tahun 2048, lautan akan kehabisan ikan.
Ramalan yang seandainya terjadi tentu saja berarti akhir dari kehidupan kita di planet bumi ini. Untuk memastikan apa yang akan terjadi jika tak ada lagi ikan di dunia ini, para peneliti menganalisis semua jenis data. Hal yang lebih menyedihkan, apa yang mereka temukan lebih buruk dari dugaan awal.
“Saya terkejut dan terganggu dengan seberapa konsisten tren ini – melampaui apa yang kami duga,” kata Worm dalam sebuah rilis berita.
Setelah melakukan 32 percobaan secara menyeluruh di berbagai lingkungan laut, tim peneliti menganalisa sejarah dari 1000 tahun terakhir di 12 wilayah pesisir di seluruh dunia. Data ini, kemudian mereka juga menganalisis data perikanan dari 64 ekosistem laut dan 50 kawasan laut dilindungi yang hampir pulih berkat usaha mereka.
Hasil dari penelitian ini sungguh mengejutkan dan mematahkan hati. Penangkapan ikan yang berlebihan, habitat yang rusak, perubahan iklim dan polusi membuat spesies ikan menurun dengan cepat dan semakin cepat.
Penelitian ini memang dipublikasikan pada tahun 2006, yang berarti sekitar 10 tahun dari sekarang. Namun sejak saat itu, belum banyak hal yang dapat mengubahnya. Belum cukup.
Saat studi tersebut diliris, ada sekitar 1% laut yang dilindingi. Pada tahun 2013, database dunia tentang kawasan lindung yang dikelola oleh PBB melaporkan hanya 2,8% lautan yang dilindungi dan sebagian besar perlindungan tidak diberlakukan secara efektif.
“Ini bukan lagi perkiraan yang akan terjadi. Ini sedang terjadi saat ini,” kata Nicola Beaumonth, Phd dari Laboratorim Plymouth Marine, Inggris.
Tim peneliti yang bertanggung jawab atas studi ini menjelaskan bahwa fenomena kepunahan beberapa jenis ikan bukanlah hal yang terjadi secara lambat. Kita bahkan mempercepat proses itu terjadi ketika ingin memperbaikinya. Hal ini bukan sekedar masalah tidak adanya makanan untuk manusia. Segala sesuatu di laut memiliki peranan penting, merupakan tindakan penyeimbang. Segala sesuatu bergantung satu pada yang lainnya agar tetap seimbang.
Pepatahnya, manusia seperti batu bata di dalam mesin cuci. Spesies di laut memainkan peranan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Selain manfaatnya untuk sumber makanan, spesies-spesies tersebut berfungsi untuk menyaring racun dari laut dan mengendalikan mekarnya alga yang jika dibiarkan tidak terkendali dapat menimbulkan bencana.
“Semakin meningkatnya populasi manusia yang tinggal di sekitar pantai menghilangkan pengendalian banjir dan detokfikasi limbah. Hal ini tentunya akan menimbulkan konsekuensi yang buruk” ucap Worm
Sebagai makhluk yang berjalan di darat, kita membutuhkan lautan, tapi jika keanekaragaman hayati terus menurun, lingkungan laut tidak akan lagi mampu menopang cara hidup kita. Bahkan tidak bisa menopang hidup kita sama sekali,” ucap Beaumont.
Worm dan rekan-rekannya telah menemukan beberapa solusi yang masih samar. Pengedalian polusi, pemeliharaan habitat, pengelolahan perikanan berkelanjutan dan tentu saja menciptakan cadangan laut yang lebih banyak dan lebih besar. Tindakan tersebut seharusnya tidak dianggap sebagai pengeluaran. Menurut tim, investasi di bumi akan terbayar – berkurangnya bencana alam seperti badai, industri perikanan yang lebih lestari dan yang terpenting kesahatan umat manusia secara menyeluruh. []
SOURCES: Worm, B. Science, Nov. 3, 2006; vol 314: pp 787-790. News release, SeaWeb. News release, American Association for the Advancement of Science and CBS News.