More

    Pengalaman Mahasiswa Australia Bikin Film di Pedalaman

    NICOLE BOND – AUSTRALIA PLUS

    Sebuah kota kecil di bagian barat negara bagian Queensland berencana untuk menjadi ibu kota pembuatan film di pedalaman.

    Mahasiswa perfilman Ashwin Ameri bersama Rachel Larkin sedang membuat film di kawasan pedalaman Australia. FOTO : Erika Addis, Griffith Film School

    Selama dua minggu terakhir, Kota Winton, berjarak lebih dari 1.100 kilometer dari kota Brisbane, menjadi tuan rumah bagi 60 orang mahasiswa film dan animasi dari Griffith Film School, Beijing Film Academy dan Institut Film dan Televisi India.

    - Advertisement -

    Para mahasiswa telah bekerja sama untuk membuat film-film pendek dan animasi. Dipimpin oleh Ashley Burgess dari Sekolah Film Griffith yang berada di kota Brisbane, program ini menawarkan pengalaman bagi mahasiswa untuk merasakan bekerja di lokasi dalam industri perfilman.

    “Mereka pergi ke negara bagian Queensland dan membuat film dalam waktu singkat,” katanya.

    “Mereka berbagi tugas, membuat film bersama, memikirkannya saat mereka menjalankan proyek ini dan menjadi lebih tangguh dan lebih banyak akal.”

    Kerjasama internasional intensif selama dua pekan ini bertepatan dengan acara tahunan Festival Film Vision Splendid Outback Winton, yang sudah digelar keempat kalinya.

    Kota ini telah menarik para bintang-bintang layar perak untuk datang ke lokasi terpencil secara rutin dalam dua dekade terakhir.

    Sejumlah pembuat film seperti ‘The Proposition’, ‘Mystery Road’, ‘Goldstone’, ‘The Tree’, juga pembuat film-film serta serial TV internasional lainnya telah tertarik membuat film di alam terbuka.

    Masa depan film di pedalaman

    Pemerintah setempat di kota Winton berencana berinvestasi lebih banyak untuk mendorong dan mempertahankan kalangan profesional dan mahasiswa dari industri film datang ke kota mereka di masa mendatang.

    Untuk penyelenggaraan festival film tahun depan, rencananya pemerintah Winton akan mengubah sebuah bekas bengkel menjadi pusat studio dan produksi.

    Walikota Winton, Butch Lenton adalah generasi ketiga di keluarganya yang telah bekerja di bengkel tersebut. Ia berencana untuk melengkapinya dengan koneksi serat optik, membuat ruang untuk membangun set film, area pengeditan dan penyimpanan gambar.

    Untuk jangka panjang, Butch Lenton menilai pengaturan kampus jarak jauh dengan universitas lokal atau internasional akan memungkinkan untuk diwujudkan.

    “Kami ingin memperpanjang waktu para siswa berada di sini, jadi instruktur dan guru di industri perfilman dapat hadir bersama mereka dan semoga bisa ada sutradara dan produser yang tinggal di sini untuk mengajar para mahasiswa. Dan inilah yang akan membantu perekonomian Winton.”

    Butch Lenton mengatakan produksi film yang besar selalu diterima, tapi ada masa depan yang besar untuk mendukung para mahasiswa perfilman.

    “Karena mereka adalah sutradara dan produser masa depan dan mudah-mudahan bisa mendapatkannya di sini dengan melihat-lihat pedalaman Queensland,” katanya.

    Pengalaman membuat film

    Mahasiswa pasca sarjana sinematografi dari Institut Film dan Televisi India, Ashwin Ameri, berdiri di samping api unggun saat matahari beranjak terbenamnya ke arah barat. Ia terlihat mengagumi pemandangan alam yang terkenal dalam film karya Nick Cave, berjudul ‘The Proposition’.

    “Di negara tempat saya berasal tidak bisa melihat bintang dan langit yang biru seperti ini. Kami tinggal di daerah tropis, kondisinya serba subur dan rimbun dengan tanaman, jadi berada di pedalaman seperti ini sangat berbeda. Ini jadi pengalaman bagi saya untuk bisa melakukan pengambilan gambar di sini.

    Ashwin berharap bisa kembali ke Winton untuk membuat film. “Jika saya mendapatkan kesempatan, pasti akan balik lagi,” katanya.

    Gundukan sampah jadi lokasi film

    Agar dapat menjadi kreatif, para siswa animasi dari Australia dan China memilih lokasi yang kurang begitu indah pemandangannya.

    Selama tinggal di Ayrshire Downs, sebuah lokasi peternakan domba dan sapi seluas 12.140 hektar di utara Winton, mereka mengambil lokasi pengambilan gambar dengan gundukan sampah-sampah.

    Richard Sewell, mahasiswa animasi tingkat dua dari Sekolah Film Griffith, telah bekerja dengan 12 siswa lainnya dari Akademi Film Beijing.

    Ia tahu program ini akan mendorong kemampuan membuat animasi, tapi tidak menyangka jika ia juga telah mengasah keterampilan untuk menampilkannya. “Menarik sekali, sangat menyenangkan mencoba mengatasi hambatan bahasa.” []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here