Duduk lama-lama di depan komputer, atau beban kerja terlalu berat, bisa berakibat fatal bagi kesehatan. Tak terkecuali untuk anak muda.
Penyakit yang muncul dari kebiasaan tidak sehat tersebut salah satunya saraf kejepit atau hernia nukleus pulposus (HNP) cervical. Gejala penyakit ini biasanya kesemutan dan juga baal (mati rasa) pada tangan atau kaki hingga susah buang air besar atau kecil.
Lebih parah lagi, penyakit saraf kejepit bisa melumpuhkan tangan, kaki, hingga lumpuh total. Jika sudah lumpuh, tubuh akan mudah infeksi, misalnya gangguan pada paru, yang kemudian beresiko meninggal dunia.
Dokter spesialis bedah saraf, dr. Pieter M J Liklikwatil SpBS, Mkes, mengatakan saraf kejepit atau HNP terjadi karena ausnya bantalan tulang belakang.
Karena aus, posisi tulang belakang jadi tidak sempurna atau menonjol. Sehingga terjadilah penekanan pada susunan saraf.
“Akhirnya timbul keluhan kesemutan, sulit BAB hingga lumpuh,” jelas dokter yang bertugas di RS Borromeus dan RS St Yusup, Bandung, ini, saat berbincang dengan KabarKampus.
Saraf kejepit, kata dia, disebabkan faktor terkait kegiatan fisik. Antara lain, trauma atau jatuh, mengangkat beban yang terlalu berat atau berlebihan, hingga posisi duduk yang salah.
“Seperti atlet, militer, perawat perempuan yang angkat pasien/beban, atau faktor usia/degeneratif,” jelas dokter lulusan Fakultas Kedokteran Unpad itu.
Terapi atau pengobatan penyakit saraf kejepit, sambung dia, juga beberapa jenis. “Terapinya macam-macam, kebanyakan hanya 15 sampai 20 persen yang memerlukan operasi atau tindakan,” katanya.
Sisanya, dengan obat dan fisioterapi berupa perbaikan sikap atau cara duduk, cara berdiri, cara membawa beban, mengurangi stres, dan olahraga. Salah satu olahraga yang dianjurkan adalah berenang.
Menurutnya, renang menjadi bagian dari fisioterapi yang dijalankan di bidang rehabilitasi medik untuk penyakit saraf kejepit.
“Di rehab medik ada berbagai macam pelatihan di bawah pengawasan spesialis syaraf. Renang masuk juga, renang gaya bebas. Baiknya seminggu sekali,” katanya.
Jika HPN-nya membutuhkan operasi, baru dilakukan operasi saraf. Itu pun operasi kecil, bukan operasi besar seperti bedah tulang.
Ia menambahkan, pasien HNP yang memerlukan operasi ditentukan data MRI atau punya keluhan berat.
“Kalau hanya baal kesemutan biasanya kita treatment dengan obat/fisioterapi atau mengubah sikap prilaku dalam duduk, berdiri, berjalan, bekerja,” paparnya. []