More

    Generasi Milenial Kamisan Bandung Tagih Janji Jokowi-JK

    KabarKampus, BANDUNG – Pekan lalu Aksi Kamisan Bandung menginjak yang ke-200 kali. Di Jakarta pula, Aksi Kamisan telah 500 kali dilaksanakan. Tapi pemerintah tetap saja abai terhadap tuntutan penuntasan berbagai kasus pelanggaran HAM.

    Di Kota Bandung, Aksi Kamisan yang melibatkan banyak generasi milenial dari pelbagai kelompok dan perorangan tetap setia menuntut keadilan. Tuntutan itu terlihat dari spanduk-spanduk lusuh yang dihamparkan dan dibawa ke kawasan Gedung Sate, gedung yang menjadi ikon Pemerintah Jawa Barat.

    Anak-anak muda itu menuntut penuntasan pelanggaran HAM “Tanjung Priok”, “Tragedi Trisakti”, “Semanggi I dan II”, “Hapus Impunitas Tragedi Kemanusiaan Mei 98”, wartawan Udin, Marsinah, Wiji Tukul, Munir, dan sejumlah korban pelanggaran HAM lainnya.

    - Advertisement -

    Malah ada poster yang menyuarakan kasus terkini seperti kriminalisasi petani dan pejuang sosial, hingga dukungan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan lewat jargon “Kami Novel dan Kami Tidak Takut”.

    Poster tersebut dihamparkan mulai pukul 16.00 WIB, Kamis (04/08/2017). Sekira 12 orang anak muda mulai membuka payung hitam khas ritual kamisan, di antara lalu lintas ramai, cuaca cerah dan berangin.

    Setengah jam berlalu, peserta lainnya berdatangan, dari kalangan kampus, seniman, maupun pelajar.

    Mereka antara lain seniman pantomim Wanggi Hoediyanto yang juga penggagas Kamisan Bandung, Willy Hanafi Direktur LBH Bandung, dan Furqan AMC Direktur KabarKampus. Total peserta yang hadir lebih dari 30 orang. Dan diantara peserta aksi masih berusia belasan tahun. Mereka berdiri bersama rekan yang lebih senior.

    “Seru, untuk merekat jaringan dan kekeluargaan,” ujar Sisi (17) siswi Semi Palar, sekolah setingkat SMA di Bandung.

    Sisi mengaku baru pertama kali mengikuti Kamisan Bandung. “Penasaran juga apa itu kamisan,” tambah siswi berkacamata ini.

    Awalnya, Sisi diajak gurunya yang kenal dengan Wanggi Hoediyanto untuk ikut kamisan. Bersama teman sekolahnya, Sisi juga sering mendiskusikan masalah sosial dan HAM, juga soal pembunuhan Munir.

    Ketika Munir dibunuh pada 2004, Sisi baru berusia tiga tahun. Namun kini Sisi merasa sudah kenal Munir, pejuang HAM yang pembunuhannya melibatkan direksi Garuda dan Badan Intelijen Negara sebagaimana diungkapkan Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid yang hadir di Kamisan Bandung ke-199 pekan lalu.

    Sisi datang bersama Priska, mahasiswi Universitas Indonesia. Umur Priska lebih tua setahun dari Sisi. Ketika Reformasi meletus pada 1998, Priska baru berusia setahun. Priska sudah pernah ikut kamisan di Jakarta.

    “Di Kamisan meski nggak saling kenal tapi kita sama-sama memerangi kasus yang sama,” ujar Priska, yang berharap pelanggaran HAM 98 bisa diungkap oleh pemerintahan Jokowi-JK ini.

    Lebih senior dari Sisi dan Priska, ada Yosef Saepul, mahasiswa UIN SGD Bandung yang aktif di pers mahasiswa Suaka. Ia menjadi peserta sekaligus meliput kamisan.

    Sudah beberapa kali Suaka menurunkan berita tentang Kamisan Bandung. “Harapannya di kamisan ke-200 ini ada perubahan,” tandas Yosef, pemuda 21 tahun yang mengambil jurusan filsaat ilmu.

    Dalam orasi singkatnya, Wanggi Hoediyanto mengatakan, kamisan ke-200 ini tuntutannya sama dengan kamisan sebelumnya, yaitu menekan negara untuk menuntaskan sejumlah kasus pelanggaran HAM. Secara khusus, Kamisan Bandung menagih janji Presiden Joko Widodo untuk menghukum para pelanggar HAM di masa lalu.

    Wanggi menuturkan, banyak faktor yang mendorong Kamisan Bandung konsisten dilaksanakan hingga mencapai yang ke-200, salah satunya hadirnya Amnesty International Indonesia.

    “Kehadiran Amnesty International Indonesia ke Bandung mendorong kami untuk konsisten menuntut negara membentuk pengadilan ad hoc agar kita tahu siapa saja dalang penggaran HAM,” terang alumnus STSI (kini ISBI) Bandung itu.

    Di akhir orasinya, Wanggi meneriakkan slogan “Jangan diam, lawan! Jokowi-JK, hapus impunitas!” yang diikuti peserta kamisan. Kamisan itu kemudian diisi musikalisasi puisi dari mahasiswa dan tarian dari Kelompok Anak Rakyat hingga pukul 19.00 WIB. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here