RAHIM FAIEZ – ASSOCIATED PRESS
Pada haru Rabu 23 Agustus 2017, seorang pengebom mobil Taliban menargetkan sebuah konvoi militer di provinsi Helmand, Afganistan Selatan. Penyerangan ini menewaskan 7 orang.
Serangan terjadi hanya berselang beberapa hari setelah Presiden Donald Trump mengumukan strategi barunya untuk Afganistan. Strategi Trump membuat keputusan untuk mempertahankan kehadiran militer AS dan menyelesaikan janji kampanyenya untuk mengakhiri perang terpanjang yang pernah terjadi di Amerika.
Menurut Omar Zwak, juru bicara Gubenur Provinsi Helmand, ledakan yang terjadi di hari Rabu di Lashkar Gah yang merupakan ibu kota provinsi tersebut telah melukai setidaknya 42 orang yang kebanyakan adalah warga sipil.
Dalam laporan awal dijelaskan bahwa korban yang meninggal termasuk seorang gadis kecil, dua wanita dan empat tentara tutur Zwak. “Ini hanya laporan awal yang kami terima, saya khawatir korban tewas dapat saja terus bertambah,” ujarnya.
Pemboman terjadi di dekat markas besar kepala polisi. Dari siaran TV lokal terlihat juga beberapa kendaraan perang militer yang digunakan tentara Afgnistan ikut rusak akibat serangan ini.
Zabihullah Mujahid, juru bicara Taliban di dalam sebuah postingan di akun twitternya, mengaku bertanggung jawab atas serangan ini.
Pejabat senior Afgnistan pada hari Selasa 22 Agustus 2017 silam menyambut baik pengumuman strategi Trump yang disiarkan pada hari Senin. Pejabat senior AS mengatakan bahw 3900 tentara siap dikirimkan Trump dan tentunya akan diberlakukan beberapa penerapan.
Trump juga berkata-kata kasar terhadap Pakistan, dengan menuduh Islamabad memberi perlindungan bagi para esktrimis, sedangkan di Afgnistan mereka membunuh tentara AS. Dalam pidato itu Trump berkata, menginginkan hasil “segera” tanpa menjelaskan tindakan apa yang akan dilakukan AS pada Pakistan jika mengabaikan perintah itu.
AS dan Afganistan memang telah secara terus menurus menuduh Pakistan dan secara khusus badan intelejennya yang berkuasa – telah menahan para pemberontak dan memunculkan perang selektif. Serta menyerang para militan Islamabad sebagai musuh dan menggunakan mereka sebagai wali untuk berkembang terhadap tetangga yang dimusuhi baik India ataupun Afganistan.
Serangan Taliban di seluruh Afgnistan telah meningkat sejak penarikan pasukan tempur asing dari negara yang dilanda perang pada akhir tahun 2014 lalu. Pemberontakan pun akhir-akhir ini semakin memperluas jejak Taliban.
Awal bulan Agustus ini, Taliban dalam sebuah “surat terbuka” kepada Trump, mengulangi seruan mereka untuk meminta AS menarik semua tentara yang tersisa. Setidaknya ada 8400 tentara AS di Afganistan yang mendukung pasukan lokal dan terus melakukan operasi melawan terorisme.[]