BANDUNG, KabarKampus – Tak terasa aksi Kamisan Bandung sudah memasuki Kamis yang ke-200. Aksi menyuarakan pendapat di muka umum tiap Kamis sore ini diyakini sebagai kampus atau ruang bertemunya lintas generasi.
Di sisi lain, Kamisan juga membuktikan bahwa aktivisme mahasiswa tidak mati, melainkan tetap tumbuh meski perlahan.
“Hari ini saya menjadi saksi di saat semua aktivis mahasiswa di kampus bangkrut, tapi nyatanya Kamisan jadi kampus baru untuk menempa ide, menjadi wahana untuk mengemukakan persoalan,” kata Furqan AMC, pemilik media KabarKampus.com.
Furqan menyampaikan orasinya dalam Kamisan Bandung yang genap ke-200 Kamis (03/08/2017) lalu. Lebih dari 30 orang menghadiri kamisan tersebut. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, ada mahasiswa, ada juga pelajar tingkat SMA.
Menurut Furqan, aksi yang identik dengan payung hitam harus menjadi ruang yang konsisten dalam memperjuangkan keadilan, khususnya menagih janji-janji negara dalam menuntaskan kasus kejahatan HAM.
Perjuangan tersebut harus saling sambung antara individu, antar komunitas, antar kampus dan antar generasi.
Sebagai kampus atau madrasah bersama, Kamisan Bandung bisa melahirkan aktivis-aktivis muda yang mewarisi semangat aktivis generasi sebelumnya, tanpa harus menuggu mentor atau guru.
“Kamisan jadi wahana kita bersama. Ini harus dipertahankan,” kata Furqan tegas di hadapan peserta aksi Kamisan Bandung. []