HUFFINGTON POST
Satu grup remaja terdiri dari 6 perempuan Afganistan mempertaruhkan nyawa demi mengikuti kompetisi robotik di Amerika Serikat. Sayangnya visa mereka terbentur oleh kebijakan Donald Trump.
Enam perempuan Afganistan itu begitu tertarik dengan sains hingga rela menempuh jarak 500 mil dari rumah mereka di Herat menuju ibukota Kabul. Jalur perjalanan mereka penuh dengan kekerasan.
Gadis-gadis ini sangat berharap bisa mendapatkan visa untuk perjalanan seminggu ke AS untuk membawa robot mereka ke FIST Global Challenge, sebuah kompetisi robotika Internasional yang akan diadakan di Washington DC akhir bulan ini.
Laporan Forbes menyatakan terlepas dari usaha mereka menempuh maut, mengarungi negara konflik itu menuju AS, permintaan visa mereka ditolak.
Roya Mahboob, CEO pertama teknologi Afganistan adalah orang pertama yang membantu mengenalkan gadis ini pada robotika. Semangat dari gadis-gadis ini tentu tak lagi butuh dipertanyakan, ketika mereka rela menempuh jarak 500 mil sebanyak dua kali ke kedutaan Amerika Serikat di Kabul.
Ini jelas sebuah kemantapan hati yang butuh dihargai, karena para remaja ini mempertaruhkan nyawanya di sebuah kota yang pada bulan lalu telah membunuh 150 orang dengan sebuah truk pemboman.
Ketika mendapati kabar bahwa visa mereka akan ditolak, gadis-gadis itu, “Menangis sepanjang hari,” tutur Mahboob kepada Forbes.
Forbes sendiri paham, adalah usaha yang tidak mudah untuk mendapatkan visa perjalanan dari Afganistan menuju AS. Catatan dari Departemen Luar Negeri pada bulan April 2017, negara tersebut hanya memberikan kurang dari 100 visa perjalanan bisnis untuk bepergian ke Afganistan.
Penolakan visa gadis-gadis itu adalah akibat dari keputusan Presiden Donald Trump yang secara terus menerus melakukan pembatasan atas perjalanan dari negara-negara berpenduduk mayoritas muslim menuju AS.
Sejak Kamis 10 Agustus silam, Trump kembali memberlakukan larangan hari kunjung, persis setelah mahkamah agung membatalkan sebagian larangan perjalanan dan imigrasi oleh warga negara dari 6 negara yang mayoritas muslim. Keenam negara tersebut adalah Libya, Somalia, Iran, Yaman, Sudan dan Suriah.
Robot yang dibuat oleh para gadis-gadis Afganistan ini masih akan tetap berkompetisi di DC. Mereka hanya bisa memandanginya dari video konferensi di rumah mereka Herat.[]