BANDUNG, KabarKampus – Selama ini generasi milenial banyak dianggap sebagai generasi yang apatis dan tidak produktif dalam berpolitik. Padahal generasi mileneal memiliki kelebihan-kelebihan dan mampu bekerjasama dalam mengubah keadaan dengan seni berpolitik.
Hal ini diungkapkan Dr. Mathius Tandiontong, seorang akademisi dan aktivis politik dalam diskusi umum mengenai “Visi Politik Generasi Milenial”. Diskusi ini digelar di Universitas Kristen Maranatha pada hari Jumat, (06/10/17).
“Dari beberapa penelitian yang saya peroleh, generasi milenial itu narsis, kemudian kadang-kadang over confident tetapi juga kadang-kadang mudah depresi. Namun di sisi lain mereka cukup mampu untuk beradaptasi dalam bekerjasama,” ujar Mathius.
Tak hanya itu, kata Mathius, yang luar biasa dari generasi milenial adalah mampu mengerjakan banyak hal. Sehingga boleh dikatakan gejala ini adalah bentuk kelebihan generasi milenial.
“Karakteristik generasi milenial senang mencoba dan mengerjakan banyak hal merupakan sebuah sumber daya yang dibutuhkan sehingga mereka memiliki orientasi yang besar,” tambah Mathius.
Namun kata, Cania Citta Irlanie, seorang penulis dan editor Geotimes dalam diskusi tersebut, generasi milenial adalah generasi yang hidup dalam dunia smartphone. Mereka lebih banyak hidup di media sosial dan suka merespon apa yang ada di media sosial.
Sehingga, kata Cania, mereka sangat senang memberi komentar di sosial media terkait dengan
isu-isu yang kebenarannya belum bisa dipastikan. Oleh karena itu, dalam beberapa kejadian, ketika baca informasi kemudian mereka kaget begitu melihat kondisi yang sebenarnya yag tidak sesuai kenyataannya.
Cania berharap, untuk ke depannya agar generasi milenial harus lebih kritis menyikapi informasi yang beredar. Hal tersebut dilakukan agar generasi milenial tidak bisa dengan mudah termakan isu-isu yang tidak relevan.[]
