HUFFINGTON POST
Sebuah daerah bawah laut di Teluk Jervis Australia berdekatan dengan Sydney ditempati oleh 10-15 ekor Gloomy Gurita. Para gurita ini hidup berdesakan dan menujukkan interaksi sosial yang kompleks. Awal bulan september 2017, para ilmuwan telah mempublikasikan makalah menyoal kota bawah laut ini.
Gurita ini dikenal juga dengan sebutan Octopus tetricus, mereka berkomunikasi, berkelahi dan bahkan mengusir satu sama lain dari sarangnya yang terbentuk di sekitar celah batu yang terbuka.
Hal ini menyebabkan muncul sebuah kota gurita yang oleh para ahli biologi dituturkan pada The Guardian sebagai “Octlantis”.
Studi menyoal kota gurita ini diterbitkan di Marine and Freshwater Behavior & Physiology pada 1 September 2017 silam. Penelitian ini adalah hasil kolaborasi antara ilmuwan Australia dan Amerika Serikat.
Business Insider juga telah menerbitkan sebuah video yang dapat menjelaskan kehidupan bawah laut yang terjadi di kota gurita ini.
Penemuan ini menjadi penting karena selama ini gurita diyakini sebagai hewan yang soliter dan hanya bertemu untuk kawin. Ilmuwan juga pernah menemukan penemuan serupa di tahun 2009. Penemuan ini juga ditemukan di sekitar Teluk Jervis yang dijuluki Octopolis namun ketika itu dianggap sebagai sebuah anomali semata.
Keberadaan kota gurita atau Octolantis ini menunjukkan bahwa gurita dapat hidup bersama secara berkelompok yang bertentangan dengan pandangan umum selama ini.
David Scheel yang adalah penulis utama dari makalah ini adalah profesor biologi Kelautan di Universtas Alaska Pasifik. Dia mengatakan pada Quartz bahwa, dia tidak percaya kota gurita ini adalah hal yang baru. Menurutnya, teknologi saat inilah yang baru memungkinkan penemuan tersebut.
Di Octopolis yang ditemukan 2009, para gurita terlihat menetap di sekitar benda logam berukuran satu kaki yang terlihat seperti buatan manusia.
Hal ini kemudian menambah pertanyaan baru bagi para ahli, berapa banyak pengaruh aktivitas manusia mempengaruhi terciptanya “kota” gurita ini? Tapi di Octolantis yang hanya berukuran sekitar 100 meter, tidak terdapat benda buatan manusia di sekitarnya.
Octopolis ini berupa pemukiman dengan tinggi 60 kaki (18 m) dan lebar 12 kaki (3,6m) yang mengelilingi 3 lapisan batu yang muncul dari dasar laut. Sarang gurita lalu dibentuk dari galian terhadap pasir di sekitar dan dibangun dari tumpukan kerang bekas dari makhluk yang dimakan gurita.
“Tumpukan kerang dan sampah-sampah ini selanjutnya dipahat menjadi sarang, gurita seperti insiyur lingkungan sejati,” jelas Stephanie Chancellor Ph.D salah seorang mahasiswa di Universitas Illinois Chicago yang menjadi salah satu penulis makalah ini.
Karena sedikitnya pengetahuan menyoal interaksi antar gurita, masih banyak hal yang belum mampu ditafsir oleh ilmuwan. Seperti kegiatan ‘mengusir’ satu sama lain dari rumahnya yang belum bisa dijelaskan mengapa hal ini dilakukan.
Konon, jika alien turun ke bumi dan mengamati manusia. Prilaku kita juga sering kali sulit dijelaskan. []