ABC NET
Apa yang sebenarnya terjadi di Catalonia? Ini beberapa alasan mengapa masyarakat Catalonia menginginkan kemerdekaan. Sepaket dengan alasan mengapa Spanyol tak ingin melepaskannya.
Catalonia adalah wilayah kaya yang terletak di Timur Laut Spanyol. Wilayah ini memiliki bahasa dan kebudayaannya sendiri. Barcelona, yang adalah kota terbesar kedua di Spanyol merupakan ibu kota dari wilayah yang didiami oleh 7,5 juta orang.
Pada tahun 1714, Philip V dari Spanyol adalah orang yang berjasa merancang Barcelona. Sekaligus menjadi pelopor terciptanya negara modern Spanyol, namun hingga sekarang Catalonia tak pernah mendapatkan identitasnya secara terpisah.
Keinginan orang-orang Catalan untuk melakukan pemerintahan sendiri telah terbersit berabad-abad silam. Di tahun 1931, telah terbentuk sebuah pemerintahan Catalan. Namun pemerintahan ini dengan segera ditumbangkan oleh diktator militer Spanyol Francisco Franco yang memerintah dari tahun 1938-1975. Dalam pemerintahan tersebut bahkan
bahasa Catalan dilarang penggunaannya di tempat umum, kebudayaan Catalanpun disurutkan pelaksanaannya.
Setelah demokrasi kembali dipulihkan, Catalonia dinyatakan sebagai salah satu daerah otonom di Spanyol. Meski wilayah ini memiliki peraturan-peraturannya sendiri, namun belum melingkupi tentang kontrol pajak dan banyaknya masyarakat Catalonia yang menginginkan pemisahan diri.
Dorongan untuk merdeka ini yang akhirnya menghasilkan resesi dan memicu demonstrasi massal yang sebagian besar mendukung pemisahan dari Spanyol.
Banyak yang percaya kesuksesan Catalonialah yang mendukung seluruh Spanyol. Para pemimpin Catalan bahkan mengklaim bahwa wilayah tersebut akan lebih baik jika berdiri sendiri. Meski begitu dari jajak pendapat yang dilakukan bulan Juli 2017 silam memperlihatkan hanya 41% dari warga Catalan yang ingin kemerdekaan penuh.
Spanyol terlalu sulit untuk melepaskan Catalonia, karena dari segi ekonomi Catalonia memiliki dampak yang lebih besar dibandingkan dengan Portugal.
Mahkamah konstitusi Spanyol melarang pemungutan suara yang dilakukan bulan lalu. Perdana Menteri Mariano Rajoy juga mengatakan hal tersebut melanggar konstitusi 1978 yang menyatakan negara tidak dapat dibagi.
Carles Puigdemont sebagai pemimpin Catalonia menuduh pihak berwenang Spanyol “tidak adil, tidak sesuai dengan proporsinya dan tidak bertanggung jawab dengan melakukan kekerasan untuk menghentikan pemilihan.
Rajoy sendiri menanggapi hal ini sebagai “sesuatu yang harus mereka lakukan.” Menegakkan hukum dan melakukan pekerjaan mereka.
Beberapa petugas polisi dari Mossos d’Esquarda, kepolisian Catalan yang beroperasi di bawah perintah Spanyol tidak ingin menaati perintah pelarangan tersebut. Beberapa petugas tersebut menangis ketika berjaga-jaga di depan tempat pemungutan suara di kota kecil Vielha.
Adapaun potongan pidato Puigdemont di televisi, “Dalam beberapa hari ke depan, hasil pemungutan suara hari ini 2 October 2017 akan dikirimkan ke Parlemen Catalan. Kedaulatan rakyat terbengkalai, sehingga adalah sepantasnya bertindak sesuai dengan hukum referendum.” Hal ini dapat dianggap sebagai deklarasi kemerdekaan.
Dari hasil referendum, 90% pemilih setuju untuk memisahkan diri dengan jumlah pemilih 42,3% dari total 5,34 juta pemilih Catalonia.
Pemerintah Spanyol sebelumnya telah menjelaskan bahwa mereka tidak akan menghormati hasil dari referendum tersebut.[]