BANDUNG, KabarKampus – Pernyataan Donald Trump yang menyatakan Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel, menunjukkan besarnya dukungan Amerika Serikat terhadap penjajahan Israel atas Palestina. Dengan dukungan negara adi daya tersebut, ada banyak pertanyaan, mungkinkah Palestina bisa merdeka dari Penjajahan Israel?
Menurut Ir. Mujtahid Hashem, Director of Voice of Palestine, pertanyaan serupa juga dapat menjadi pertanyaan, ketika Indonesia bisa merdeka dari Belanda. Ketika itu Belanda juga didukung oleh sekutu atau koalisi internasional yang menjajah.
“Belanda ketika itu merupakan bagian dari koalisi internasional yang menjajah. Pada tahun1945, ketika Belanda kalah, ada tentara NICA (Nederlandsch Indië Civil Administratie) datang ke Indonesia. Artinya, perang Indonesia terhadap Belanda, juga perang Indonesia terhadap Inggris dan Amerika. Ternyata Indonesia bisa merdeka,” kata Hashem dalam diskusi “Deklarasi Jakarta Untuk Kemerdekaan Palestina, Whats Next?” di Kafe KaKa, Bandung, Kamis, (14/12/2017)
Hal itu menurut Hashem, sama halnya dengan Zionis Israel dalam menjajah Palestina. Israel didukung oleh mereka yang mengatasnamakan koalisi internasional atau kekuatan global.
Bagi Hashem, sampai sekarang Israel tidak pernah menentukan batas negara. Boleh dikatakan, mereka menang perang, kemudian menambah batas tanah. Bahkan mungkin Israel juga tidak pernah menentukan jumlah penduduknya.
“Bagaimana mungkin sebuah negara tidak memiliki batas negara? Jadi pengakuan terhahadap Israel banyak keganjilan,” ungkap Hashem.
Oleh karena itu Hashem mendukung hak rakyat Palestina untuk kembali ke tanah kelahirannya dan menentukan nasib sendiri. Ia juga mendukung rakyat Palestina untuk melawan. Karena hak tersebut didukung oleh amnesti Internasional.
“Dan biarlah Israel bubar,” terang Hashem.
Kemerdekaan Palestina Hanya Diraih Dengan Senjata
Sementara itu bagi Yusuf Abbas, aktivis The Global Campaign to Return to Palestine, kemerdekaan Palestina hanya bisa diraih dengan angkat senjata. Karena selama ini upaya diplomasi melalui PBB selalu mendekati kegagalan.
“Israel tidak pernah konsisten atau mematuhi keputusan PBB. Kalau semua pemimpin Islam datang ke PBB mengeluhkan masalah Israel, maka akan mendapatkan kekecewaan dan kegagalan. Sejak kapal Israel, mematuhi keputusan PBB?” Kata Abbas dalam diskusi yang sama.
Justru hal sebaliknya, kata Abbas, ketika kelompok perlawanan Palestina dan Libanon menyerang Israel dan mereka tidak mampu melumpuhkan perlawanan, maka Israel akan mengadu ke PBB. Karena sejarah menunjukkan, tidak ada yang dapat menekan Israel kecuali perlawanan senjata.
“Perlawanan senjata inilah yang membuat Israel gentar dan ketakutan,” ungkap Abbas.
Abbas meyakini, Zionis Israel akan sirna. Karena Israel hidup dengan sikap arogan dan menimbulkan kebencian negara Israel.
“Namun untuk mengusir Israel butuh perencanaan dan pengorbanan yang cukup besar. Sehingga tujuan pembebasan Palestina akan terwujudkan,” pungkas Abbas.[]