Bau mulut yang tidak sedap, meskipun dipandang sebagai masalah yang umum, ternyata tidak bisa diremehkan. Karena permasalahan ini terjadi pada sekitar 30% populasi dunia (Hughes & McNab, 2008).
Ada banyak metode telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Metode yang dilakukan diantaranya dengan cara mekanis seperti penyikatan lidah dan gigi, kimiawi melalui obat kumur, pasta gigi, tablet hisap, ataupun mouthspray. Atau penggunaan bahan aktif dari tanaman seperti penggunaan daun sirih, teh, cengkeh, dan kemangi.
Metode alternatif lain ditemukan oleh peneliti Universitas Indonesia (UI). Ia berhasil menguji tingkat keefektifan ekstrak buah kepel (Stelechocarpus burahol) sebagai penghilang bau mulut.
Dialah Dr. Asni Amin, M.Farm., Apt, doktor Fakultas Farmasi UI. Penelitian Dr. Asni dilatarbelakangi keingintahuan tentang mekanisme aksi senyawa dalam buah kepel yang bertanggungjawab dalam proses menghilangkan bau mulut.
Buah kepel adalah salah satu jenis buah langka Indonesia dan sampai saat ini belum dibudayakan. Namun, manfaat buah ini telah lama dikenal kalangan keraton Yogyakarta dan Surakarta sebagai deodoran, pengharum napas, dan pengharum air seni.
Penelitian tentang buah kepel merupakan disertasi Dr. Asni dengan judul “Studi Aktivitas, Identifikasi, dan Prediksi Mekanisme Senyawa Dari Ekstrak Buah Kepel Sebagai Penghilang Bau Mulut”. Disertasinya ini telah presentasikan dalam sidang promosi doktor yang berlangsung di Ruang Sidang Besar Gedung Profesi & Pascasarjana Fakultas Farmasi UI, Kamis, (11/01/2018).
Dari hasil penelitiannya, terbukti ekstrak buah kepel memiliki manfaat antibakteri penyebab bau mulut dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri P. gingivalis dan F. nucleatum. Selain itu, ekstrak buah kepel juga dapat menyerap bau mulut dengan menurunkan nilai metil merkaptan dan dimetil sulfida penyebab bau mulut.
Sebagai info tambahan, berdasarkan data bioaktivitas, buah kepel juga memiliki aktivitas antioksidan serta dapat memperbaiki kualitas sperma pada objek kelinci.[]
