BANDUNG, KabarKampus – Pelecehan seksual terhadap perempuan masih marak terjadi di kampus. Pelecehan tersebut dilakukan baik oleh mahasiswa, dosen, maupun masyarakat sekitar kampus.
Salah satunya dirasakan oleh Nadia Alfi, mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati. Mahasiswi yang juga Aktivis Jaringan Relawan Anti Kekerasan Anak dan Perempuan (JARAK) ini mengaku, banyak mendapatkan laporan mahasiswi di kampusnya mendapat pelecehan seksual.
“Ada sekitar 20 mahasiswi telah mengadu ke kami. Mereka mendapatkan pelecehan seksual di kampus. Mulai dari Catcalling oleh mahasiswa hingga dosen ngajak tidur mahasiwi,” katanya kepada KabarKampus di aksi Hari Perempuan Internasional di depan Gedung Sate, Bandung, Kamis, (08/03/2018).
Nadia mencontohkan, banyak mahasiswi mengalami Catcalling atau godaan jahil bernada seksual. Si mahasiswi memiliki nama, namun dipanggil dengan tidak seharusnya.
“Misalkan, hei Semok (Seksi Montok) mau kemana. Panggilan ini membuat perempuan tidak merasa nyaman,” katanya.
Selain itu, aduan lain yang mereka terima adalah tawaran nilai terhadap mahasiswi dengan embel-embel tidur bersama. Si dosen menawarkan nilai bagus asalkan si mahasiswi mau bertemu di hotel.
“Masih banyak pelecehan lain di kampus, namun belum terkuak. Karena yang namanya perempuan, ketika ada bentuk seperti itu, baik secara psikologi dan pandangan moral belum siap menghadapinya. Apalagi ada ancaman nilai,” ungkap mahasiswi psikologi yang kerap membuka posko aduan khusus untuk masalah perempuan ini.
Saat ini Nadia dan teman-temannya di JARAK, masih mencoba menginventarisir sejumlah pelecehan seksual di kampusnya. Diantaranya dengan melakukan diskusi dengan mahasiswi dari lintas Fakultas dan membuka posko pengaduan.
“Tantangannya adalah banyak korban yang belum bisa terbuka,” terangnya.
Perempuan Jadi Objek
Dewi Amalia, aktivis Serikat Perempuan Indonesia (Seruni) mengungkapkan, saat ini perempuan Indonesia masih banyak yang menjadi objek pelecehan seksual. Seperti ketika melihat perempuan, mereka bersiul atau memanggil-manggil.
“Ini sudah merupakan pelecehan seksual. Perempuan, jadi objek dalam hal ini,” kata Dewi.
Contoh lainnya, adalah dosen yang mengajak makan malam mahasiswinya atau bimbingan dengan mengajak jalan. Meski ini under cover, tapi ini pelecehan.
Menurut Dewi, pelecehan terhadap perempuan adalah bentuk dominasi laki laki terhadap perempuan. Baginya bila ingin menghindari pelecehan terhadap peremupan, hindarilah bentuk dominasi gender tersebut.
“Perempuan dan laki-laki itu sama,” ungkapnya.[]