Saya sungguh beruntung bisa mengenal Bung Ahmad Yulden Erwin (AYE). Banyak inspirasi yang saya dapat dengan bentangan horizon yang sangat luas, mulai dari persoalan politik, ekonomi, filsafat, logika, seni, hingga seluk-beluk puisi secara terperinci.
Tidak berhenti di jagad pemikiran, Bung AYE juga malang melintang membangun gerakan rakyat dari tahun 1998 hingga 2010. Dengan gerakan anti korupsi, Bung AYE menyusuri desa-desa dan kampung-kampung membangunkan rakyat untuk bangkit berorganisasi memperjuangkan hak-hak hidupnya. Tidak hanya di pelosok-pelsok Lampung, tapi juga di berbagai kota dan desa di Indonesia.
Sebuah praktik kongkrit yang membuat semua disiplin ilmu yang dimilikinya tumbuh mekar lebat berbuah dalam taman raya pengetahun, tak terkecuali puisi-puisinya.
Laku geraknya bersama rakyat adalah puisi itu sendiri. Puisinya memancar dari derita dan gelora hidup, tajam laksana pedang Musashi, juga indah menjulang di atas bintang-bintang. Bagi pembelajar sejati, dapat belajar langsung pada sang Maestro adalah suatu kemewahan.
Berbahagialah, kesempatan itu akan datang pada bulan September 2018 ini. Bung AYE akan berbagi pengetahuan dan ilmu penulisan puisi dunia dalam sebuah workshop yang akan difasilitasi oleh www.kabarkampus.com di Bandung, tepatnya di @kaka_cafe jalan Sultan Tirtayasa nomor 49, Kota Bandung.
Workshop penulisan puisi bersama Bung AYE ini akan diselenggarakan 3 hari berturut-turut, yaitu pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu—tanggal 14, 15, dan 16 September 2018. Materi akan diberikan delapan jam setiap harinya, dimulai pukul 08.00 s/d 16.00 WIB. Kuota peserta terbatas!
Bagi yang sungguh-sungguh ingin belajar dari Bung AYE perihal “menulis puisi seperti para penyair dunia”, dapat segera mendaftarkan diri dengan menghubungi nomor WA 0811 200 7788 atau mengirim pesan inbox pada fanpage https://www.facebook.com/
A. Investasi Workshop:
1. Investasi workshop senilai IDR 1.500 K/orang.
2. Bagi 10 pendaftar pertama, cukup dengan IDR 1.300 K/orang
3. Jika daftar berdua, hanya IDR 1.000 K saja /orang.
B. Fasilitas yang Disediakan:
1. Makalah
2. Tiga buah buku puisi karya Ahmad Yulden Erwin senilai IDR 150 K, yaitu buku: Hara Semua Kata, Perawi Rempah, dan Perawi Tanpa Rumah.
C. Konsumsi:
1. Tiga kali makan siang selama tiga hari workshop.
2. Enam kali coffee/tea break selama tiga hari workshop.
Masih kurang?
Jangan khawatir, workshop ini tidak hanya selesai dalam 3 hari, tapi akan terus dilanjutkan sampai 3 bulan secara online (via grup “Kelas Menulis Puisi seperti Para Penyair Dunia”) di Facebook. Seluruh peserta wokrshop akan dibimbing oleh Bung AYE secara intensif dan terstruktur selama 3 bulan, hingga para peserta benar-benar paham prinsip-prinsip penulisan puisi seperti para penyair dunia dan mampu menulis komposisi puitik dengan benar.
Semoga kabar ini bermanfaat untuk handaitolan.
Terima kasih
Salam
Furqan AMC
Direktur
www.kabarkampus.com
——————————
BIODATA AHMAD YULDEN ERWIN
Ahmad Yulden Erwin lahir di Tanjungkarang, pada 15 Juli 1972. Ia aktif menulis puisi dan prosa sastra sejak tahun 1987. Tahun 1997, ia menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
Beberapa puisinya pernah diterbitkan di media massa lokal dan nasional, juga dalam beberapa antologi puisi bersama di antaranya: Memetik Puisi Dari Udara (1987), Jung (1994), Daun-Daun Jatuh Tunas-Tunas Tumbuh (1995), Festival Januari (1996), Refleksi Setengah Abad Indonesia (1995), Dari Huma Lada (1996), Mimbar Penyair Abad-21 (1996), Cetik (1999), dll. Setelah tahun 1999 praktis ia berhenti memublikasikan puisi-puisinya dan lebih banyak aktif di gerakan sosial antikorupsi sampai saat ini.
Pada tahun 1992, ia menjadi juara III dalam Lomba Cipta Puisi Islami “IQRA” tingkat nasional, dengan juri H.B. Jassin. Tahun 1995, ia menjadi juara I dalam Lomba Cipta Puisi pada Pekan Seni Maha-siswa Nasional ke-III di Jakarta. Selanjutnya, November 2006, puisinya yang berjudul ”Cermin Fansuri” meraih penghargaan 15 besar (peringkat kedua) dalam lomba cipta puisi tingkat nasional oleh Direktorat Kesenian.
Tahun 1996 ia diundang Dewan Kesenian Jakarta untuk mengikuti “Mimbar Penyair Abad-21”. Dan tahun 1997 ia kembali diundang Dewan Kesenian Jakarta untuk mengikuti “Pertemuan Sastrawan Nusantara” di Kayu Tanam, Sumatera Barat.
Sejak tahun 2012, ia mulai aktif kembali menulis puisi. Pada tahun 2013 beberapa puisinya telah dipublikasikan di beberapa media massa seperti Lampung Post, Kompas Minggu, Koran Sindo, dan Koran Tempo.
Terakhir, Oktober 2013, ia diundang membacakan puisi-puisinya dan menjadi narasumber diskusi tentang kritik sastra pada acara Binale Sastra Internasional di Salihara, Jakarta. Tahun 2014 kumpulan puisinya “Perawi Tanpa Rumah” mendapat rekomendasi sebagai buku puisi terbaik tahun 2013 oleh majalah Tempo. Pada tahun 2014 narasi puitiknya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, diterbitkan di Belanda, bersama dua puluh sastrawan dari berbagai negara di dalam buku “The Empty Place”. Dan tahun 2018 ini ia baru saja menerbitkan tiga buku kumpulan puisinya, yaitu: Hara Semua Kata, Perawi Tanpa Rumah, dan Perawi Rempah.
Saat ini ia sedang mempersiapkan penerbitan buku “Studi tentang Dua Buah Pir”, kumpulan 300 puisi terjemahan karya lima belas penyair modern dunia.[]