BANDUNG, KabarKampus – Sebanyak 13 anggota Samapta Bhayangkara (Sabhara) Kepolisian Daerah Jawa Barat (Polda Jabar) melakukan sweeping terhadap mahasiswa di Kampus Institut Seni Budaya Indonesia Bandung, Selasa, 25/09/2018). Aparat kepolisian tersebut datang tanpa seragam dan menyebar ke sejumlah titik di Kampus ISBI.
Mereka datang sejak sore dan menanyakan beberapa nama mahasiswa kepada mahasiswa yang ditemuinya. Tak itu saja, aparat kepolisian berambut cepak yang mengaku mahasiswa ini juga mendatangi setiap proses latihan mahasiswa yang sedang tugas akhir.
Hal ini seperti yang disampaikan Fajar Bintang, Presiden BEM Mahasiswa ISBI dalam konferensi pers di Kampus ISBI Bandung, Rabu, (26/09/2018). Ia mengatakan, mulanya tidak ada kecurigaan dengan kedatangan aparat kepolisian tersebut. Namun kehadiran mereka telah mengganggu dan menghentikan seluruh proses latihan tugas akhir mahasiswa.
“Karena dirasa mengganggu proses latihan, salah satu mahasiswa yang mengetahui mereka adalah anggota polisi langsung menanyakan identitas mereka,” kata Fajar di Kampus ISBI Bandung, Rabu, (26/09/2018).
Menurut Fajar, setelah ditanyakan identitas, kemudian mereka mengaku bahwa mereka merupakan anggota Kepolisian dari Polda Jawa Barat. Namun sebelumnya polisi muda berambut cepak tersebut mengaku sebagai mahasiswa ISBI dan Telkom University Bandung.
Pada awalnya ada dua aparat Kepolisian yang tertangkap oleh mahasiswa. Kemudian, setelah keduanya diinterograsi, diketahui ada sebanyak 11 anggota Kepolisian lainnya yang masih berkeliaran di kampus ISBI. Hingga akhirnya seluruh aparat kepolisian yang berkeliaran di ISBI berhasil dikumpulkan oleh mahasiswa.
“Dari hasil interograsi, salah satu aparat kepolisian membawa senjata air soft gun dan alat pukul,” ungkap Fajar.
Namun rupanya, setelah diinterograsi lebih lanjut, kata Fajar, kedatangan ke-13 anggota Sabhara tersebut, karena aksi penolakan Global Land Forum (GLF) di Jalan Asia Afrika, pada (24/09/2018). Mereka yang mengawal aksi tersebut, merasa sakit hati dengan pernyataan salah satu massa aksi.
“Jadi ini bermotif urusan pribadi, karena tak ada satupun dari mereka yang membawa surat tugas,” ungkap Fajar.
Kemudian setelah aparat kepolsian tersebut dikumpulkan, mahasiswa menghubungi Kepolisian Sektor Lengkong. Selanjutnya, kesatuan Polda dan Provos juga datang menjemput para aparat kepolisian tersebut keluar dari kampus ISBI Bandung.
Namun sayangnya, kata Fajar, setelah kejadian yang berlangsung hingga tengah malam tersebut, pagi harinya sejumlah mahasiswa ISBI mendapat terror. Mulai dari media social, nomor rumah, dan nomor Whatappss mahasiswa ISBI mendapat ancaman dari orang-orang yang diduga aknum aparat Kepolisian.[]