BANDUNG, KabarKampus – Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan teknologi untuk mendeteksi badai. Inovasi yang diberinama “Hidrometeorological Hazard Early Warning System (H-HEWS)” dibuat khusus untuk mendeteksi badai di Arab Saudi.
Aplikasi tersebut dibuat Dr. Armi bersama tim. Baru-baru ini, inovasi karya peneliti ITB ini berkesempatan mengikuti Festival Janadriyah Ke-33 di Riyadh, Arab Saudi.
Dr. Armi menjelaskan, bencana badai yang kerap terjadi di Arab Saudi belakangan ini telah menimbulkan dampak kerugian materi dan jiwa yang cukup besar. Sementsara sistem yang mereka buat dapat memberikan informasi prediksi badai pasir, gelombang panas, hujan lebat dan cuaca ekstrim lainnya dengan tingkat keakuratan mencapai 85 persen.
“Sistem tersebut bisa memprediksi tiga hari ke depan per tiga jam,” ungkap Dr. Armi seperti keterangan pers yang dikeluarkan ITB, Rabu, (16/01/2019).
Saat ini, kata Dr. Armi, alat tersebut baru bisa dioperasikan lewat website (komputer), dan pengembangan. Selanjutnya akan dibuat aplikasi khusus yang bisa digunakan di android dan iOS.
“Sistem ini dirancang untuk digabung dengan data lainnya. Misalnya data kependudukan, data rumah sakit, data sungai, data rumah, jalan, dll. Ini produk ITB dan kita membangunnya hanya dua minggu sebelum festival ini,” katanya.
Selanjutnya, tambah Dr. Armi, fitur utama dalam sistem tersebut adalah memprediksi temperatur, curah hujan, arah dan kecepatan angin, kelembaban, dan tekanan udara. Kemudian fitur warning bencana untuk potensi bencana badai pasir, angin kencang, gelombang panas, dan hujan lebat.
Menurutnya, nilai plus dari sistem yang dibuat adalah sudah memakai bahasa arab. Sehingga memudahkan orang Arab untuk menggunakannya.
“Kenapa kita buatkan khusus, sebab demi mewujudkan ITB sebagai entrepreneurial university, menghilirkan produk teknologi kita sehingga dipakai oleh masyarakat,” katanya.
Aplikasi yang dibuat dapat memprediksi badai dengan menggunakan satelit. Namun nanti akan dikombinasikan dengan data lapangan setelah kerjasama terjalin. Menurutnya, aplikasi tersebut memiliki tingkat keakurat sangat baik karena daerah Arab Saudi tidak banyak memiliki gunung dan lembah.
“Prediksi di wilayah padang pasir itu lebih gampang daripada di wilayah kepulauan. Bahkan alatnya itu pun bisa dikembangkan dengan sampai akurasi perkilometer. Namun perlu server yang lebih besar. Tergantung nanti permintaan dari Arab Saudi,” ucapnya.
Melalui aplikasi tersebut, ITB membuka peluang kerjasama dengan Arab Saudi dalam penerapan pengaplikasiannya. Saat ini pun, aplikasi tersebut sedang dalam proses paten HAKI.
Meskipun yang dipamerkan masih berupa prototipe, namun menurut Dr. Armi, sudah berfungsi 80 persen. Bahkan saat pameran, sudah diujicoba langsung. Hal itu menarik perhatian pengunjung dan pemerintah Arab Saudi.[]