More

    Unicorn, Bukan “Yang Online-Online”

    Penulis : Jipo Hari

    Streaming debat Capres Kedua. Sumber KompasTV

    “Infrastruktur apa yang akan bapak bangun untuk membantu Unicorn Indonesia?”

    Pertanyaan ini dilontarkan oleh calon presiden Joko Widodo pada kandidat pesaingnya, calon presiden Prabowo Subianto, di sesi tanya jawab acara debat kedua calon presiden Pemilu 2019 yang berlangsung malam tadi, di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu malam, (17/02/2019).

    - Advertisement -

    Mendapat pertanyaan tersebut, capres Prabowo Subianto tampak sedikit bingung dan bertanya ulang. “Unicorn itu yang online-online itu ya?”

    Meski tulang punggung hampir semua perusahaan Unicorn yang dimaksud oleh calon presiden Joko Widodo adalah teknologi informasi atau “online-online” menurut istilah Prabowo, namun jawaban untuk pertanyaannya adalah: Tidak. Dan ini sedikit memalukan. Kenapa?

    Pertama, istilah Unicorn dalam konteks bisnis global adalah istilah yang saat ini telah cukup umum. Seorang calon presiden tidak seharusnya tidak tahu istilah yang telah cukup umum. Kedua, tidak semua yang berusaha “online-online” adalah Unicorn. Mari kita baca keterangan langsung dari Ailen Lee, wanita pemilik Venture Cowboy yang menciptakan istilah tersebut:

    “Untuk kebutuhan menulis tentang startup software di blog saya, saya butuh memberi istilah bagi perusahaan publik atau swasta yang berusia kurang dari 10 tahun, dinilai pelaku akusisi atau investor bervaluasi lebih dari USD 1 miliar. Saya mempertimbangkan beberapa kemungkinan istilah, termasuk perusahaan “home run” atau “mega hit”” tapi kemudian saya memasukkan ‘unicorn’ dan itu lebih terasa cocok karena saya ingin (istilah yang) menyampaikan keanehan dan berbau mitos. “Unicorn” juga terasa enak dibaca.”

    Keterangan Ailen Lee ini dapat dilihat dalam presentasi Venture Capital. Sejak Ailen Lee menggunakannya, nama kuda putih bersayap dan bertanduk satu yang hidup dalam mitos itu kemudian menjadi istilah global untuk semua perusahaan yang berusia kurang dari 10 tahun dan bernilai pasar setidaknya 14 Trilyun rupiah.

    Menurut situs berita Tech Crunch, saat ini ada 267 unicorn di seluruh dunia. Empat diantaranya ada di Indonesia yakni: Tokopedia, Buka Lapak, Gojek dan Traveloka. Jadi, meski punya omset atau penghasilan mencapai miliaran sebulan, seorang youtuber seperti Ria Ricis atau pedagang online individu, bukanlah unicorn.

    Sebagai tambahan informasi, varian istilah’corn’ lain yang cukup umum adalah decacorn untuk perusahaan dengan valuasi pasar minimal USD 10 Milyar, hectocorn untuk perusahaan dengan valuasi pasar minimal USD 100 Milyar. Dengan demikian, siapa tahu bisa menambah pemahaman calon presiden Prabowo Subianto, Dropbox saat ini adalah decacorn, Google, Amazon, Alibaba, Facebook tak lagi bisa disebut decacorn apalagi unicorn karena mereka telah menjadi hectocorn.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here