Golput alias Golongan Putih sedang marak dibicarakan menjelang Pemilu 2019. Dalam sejarahnya, istilah ini digunakan sebagai protes dari gerakan mahasiswa dan pemuda untuk memprotes pemilu tahun 1971 sebagai Pemilu Pertama di era Orde Baru. Pencetus istilah ini adalah Imam Waluyu dan tokoh yang terkenal dalam gerakan ini adalah Arief Budiman.
Istilah Golput ini meniru nama Partai Politik Soeharto yaitu Golkar. Mereka menggunakan istilah putih, karena gerakan ini menyarankan agar mencoblos warna putih di luar gambar parpol. Sebab pada zaman itu jarang ada masyarakat yang berani tidak datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Namun secara sederhana golput disamaratakan sebagai sebuah bentuk hak pilih yang tidak digunakan alias non voting. Seperti disampaikan Bilven Sandalista, Editor Penerbit Buku Bandung dalam diskusi “Jalan Panas Politik Mahasiswa di Pilpres 2019 di Kampus UIN Bandung, 21 Maret 2019 kemarin. Bilven membagi empas jenis orang yang Golput saat ini. Mereka terbagi dalam perbedaan latar belakang dan warna politiknya.
Berikut empat jenis Golput tersebut :
Golput karena Persoalan Administratif
Golput jenis ini biasanya tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) atau tidak mendapat undangan untuk mencoblos. Sementara ia tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP. Sehingga kesempatan untuk mendapatkan hak suara hilang.
Golput karena Masalah Teknis
Seseorang tidak memilih dalam Pemilu, karena tidak mungkin menjangkau TPS pada saat hari H pencoblosan. Biasanya karena lokasi pemilih jauh atau berada di tempat terpecil. Atau mahasiswa yang kuliah jauh di luar kota asal tempatnya dan tidak tahu cara mengurus mutasi.
Selain itu juga Golput bisa terjadi, karena seseorang tersebut memiliki pekerjaan yang tidak mungkin untuk ditinggalkan. Seperti dokter yang sedang merawat orang sakit.
Golput karena Apatisme Politik
Golput jenis ini biasanya ia tidak mau ambil pusing dalam persoalan politik. Ia capek atau bosan dengan hingar bingar politik yang ada. Sementara kehidupan ekonomi tak kunjung ada perbaikan.
Selain itu, seseorang itu memilih untuk pergi berlibur ketika pencoblosan tanggal 17April mendatang. Apalagi pada tanggal 19 April terdapat hari wafatnya Isa Almasih alias hari libur nasional. Adanya Hari Kejepit Nasional tersebut, membuatnya mengambil cuti bersama. Namun bila mahasiswa, biasanya memilih untuk bangun siang dari pada mengantri di TPS untuk mencoblos.
Golput karena Kesadaran Politik
Golput jenis ini merasa tidak ada kandidat yang layak untuk dipilih. Ia kecewa atas dua pasangan calon yang ada. Ia juga protes atas bobroknya sistem politik yang menghalangi adanya kemungkinan munculnya calon alternatif.
Nah Golput yang mana?
2