BANDUNG, KabarKampus – Sejumlah elemen masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Anti Kapitalis (Gerak) siap turun dalam peringatan “May Day” 2019 di depan Gedung Sate Bandung pada 1 Mei 2019 besok. Dalam peringatan Hari Buruh Internasional tersebut, mereka membawa sebanyak 44 tuntutan yang ditujukan kepada pemerintah.
Kelompok masyarakat yang tergabung Gerak ini diantaranya Aliansi Pelajar Bandung, Aliansi Rakyat Anti Penggusuran, Kolektif Angin Malam, Pekerja Seni Bandung, Aliansi Penegak Demokrasi, Aliansi Mahasiswa Papua Bandung, dan lain sebagainya. Mereka bakal bergabung dengan Konfederasi Serikat Buruh Indonesia (KSN).
Abu Bakar, aktivis Aliansi Rakyat Anti Penggusuran mengatakan, mereka bergabung dalam aksi May Day, karena ia melihat banyak buruh menjadi korban penggusuran. Penghasilan buruh yang kecil, membuat mereka tak mampu membeli rumah. Sehingga memaksa mereka untuk masuk ke rumah padat penduduk.
“Lalu ketika ada penataan, mereka ikut tergusur,” ungkap Abu Bakar atau yang dikenal sebagai Ilo ini.
Dalam catatan Arap, lanjut Ilo ada sebanyak 400 titik yang akan digusur di Jawa Barat. Sejumlah kawasan yang sedang berjalan, diantaranya adalah kawasan Taman Sari, Dago Elos, dan Kebon Jeruk Bandung.
Oleh karena itu ARAP, tegas Ilo mmenyatakan bergabung dalam Gerakan Anti Kapitalis untuk turun ke jalan dalam May Day 2019 di Bandung. Mereka akan menyuarakan sektor agraria.
“Bahwa rakyat harus berdaulat atas tanah,” tegas Ilo.
Sementara itu, Koya, dari Kolektif Feminis Angin Malam juga mengatakan siap turun dalam aksi May Day di Bandung. Mereka melihat banyak sekali buruh perempuan yang mengalami diskriminasi gender.
Dari data perempuan Mahardika, ungkap Koya, sebanyak 770 di Kawasan Berikat Nusantara Cakung mengalami diskriminasi gender. Mereka juga mengalami pelecehan seksual yang membuat mereka trauma dan mengganggu mereka.
“Banyak sekali korban pelecehan di pabrik. Pelakunya bukan hanya satpam, karyawan lainnya, namun juga manajernya sendiri. Tapi para pekerja ini kadang malu untuk mengungkapkannya dan tidak mendapat suara di pabriknya sendiri.
Belum lagi, kata Koya para buruh perempuan yang tidak mendapat cuti haid, buruh harus melepas jilbab karena tidak boleh menggunakannya di pabrik, tidak boleh bersuara dan sebagainya. Oleh karena itu, ia mewakili Kolektif Angin Malam akan turun aksi pad ahari buruh internasional di Bandung.
Kemudian dari pekerja seni, juga ikut menyatakan bakal hadir di aksi May Day Bandung. Salah satunya Anila. Anila mengaku, banyak pekerja seni seperti desainer, berkerja lebih dari 8 jam setiap harinya.
“Tuntutan pekerjaan membuat para pekerja seni bekerja lebih dari 8 jam setiap harinya. Belum lagi mereka tidak mendapatkan upah yang layak. Ada teman saya seorang desainer yang gajinya 800 ribu perbulan,” ungkap Anil.
Dalam aksi May Day pada 1 Mei mendatang, GERAK mengklaim bakal menurunkan sebanyak 500 masa aksi. Mereka bakal bergabung bersama masa buruh lainnya di depan Gedung Sate Bandung.[]