Sejumlah dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) mencoba menghidupkan kembali kain tenun khas Tidore – Puta Dino yang telah punah. Upaya itu dilakukan dengan pendampingan terhadap komunitas Tidore.
Sejumlah dosen yang tergabung dalam tim pengabdi masyarakat ini terdiri dari Dr. Ade Solihat, S.S., M.A., Dr. Ari Anggari Harapan, M.Hum., dan Dwi Woro Retno Mastuti, M.Hum. menggagas kegiatan pengabdian masyarakat dengan melakukan pendampingan kepada komunitas Ngofa Tidore untuk menghidupkan kembali Tenun khas Tidore – Puta Dino, yang telah punah.
Tim pengabdi masyarakat tersebut terdiri atas Dr. Ade Solihat, S.S., M.A., Dr. Ari Anggari Harapan, M.Hum., dan Dwi Woro Retno Mastuti, M.Hum. Tim Pengmas ini bergerak dengan memanfaatkan Program hibah skema IPTEKS bagi Masyarakat (IbM), yang didanai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) UI Tahun 2019.
Tenun Puta Dino merupakan tenun khas Kesultanan Tidore yang sudah punah. Kain, alat tenun, maupun pengrajin tidak lagi dapat dijumpai berada di antara masyarakat Tidore-Maluku Utara, padahal Kesultanan dan masyarakat Tidore masih mempertahankan banyak tradisi dan ritual yang mengharuskan berpakaian adat, yang salah satunya adalah pemakaian kain tenun.
Ade Solihat, Ketua Tim Pengmas UI menuturkan, pendampingan terhadap masyarakat Tidore ini berangkat dari ajakan Anitawati (46), seorang perempuan kelahiran Soasio Tidore – yang juga masih bagian dari keluarga kesultanan Tidore. Ia ingin menggerakkan para pemuda Tidore (Ngofa Tidore) untuk kembali membangkitkan budaya menenun.
“Sebagai upaya menghidupkan kembali kebudayaan menenun di masyarakat desa Soasio, Tidore-Maluku Utara, kami melakukan pengumpulan dan menganalisis motif tenun Tidore serta mengelaborasi makna historis dan filosofis motif-motif tenun,” ungkapnya,” Minggu, (14/07/2019).
Sebelumnya, kata Ade, mereka telah melakukan pendampingan pada bulan Februari 2019 dan pada bulan April 2018 lalu tim melakukan kunjungan ke desa Soasia, Tidore. Ke depannya kolaborasi ini akan ditindaklanjuti melalui kerja sama yang lebih kuat antara FIB UI dengan Kesultanan Tidore-Maluku Utara, dan juga Bank Indonesia cabang Malut.
“Bank Indonesia Maluku Utara telah lebih dahulu menjadi pembina dan pendukung dana bagi program revitaliasi Tenun Tidore ini. Namun, perkembangan dan kelanjutan revitalisasi Puta Dino memerlukan landasan ilmiah dari elemen perguruan tinggi,” ungkap Ade.
Dengan menerapkan model Revitalisasi Berbasis Translokal, lanjut Ade, Tim Pengmas UI memberi masukan kepada Anitawati, ketua Yayasan Ngofa Tidore untuk tidak hanya merangkul masyarakat Tidore sebagai pemilik asli kebudayaan Puta Dino. Mereka juga menginginkan agar masyarakat di wilayah Jepara, dilibatkan sebagai tempat belajar menenun bagi komunitas Ngofa Tidore.
Hal tersebut, karena di Tidore sudah tidak ditemukan lagi individu atau kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan menenun. Selain itu juga Ngofa Tidore didorong untuk terlibat dalam komunitas tenun nasional, melalui Yayasan Cita Tenun Indonesia (CTI) yang berpusat di Jakarta.
Ade berharap upaya pendampingan para dosen FIB ini mampu membawa budaya dan kain tenun Puta Dino kepada lapisan masyarakat di tingkat nasional hingga internasional. Selain itu dapat merevitalisasi Tenun Tidore tidak saja bernilai ekonomi bagi masyarakat Tidore, namun juga bernilai penting dalam menjaga warisan budaya yang tinggi.[]