Budidaya tambak merupakan salah satu tulang punggung perikanan budidaya Indonesia. Sumbangsihnya terhadap produksi perikanan budidaya sebesar 16,91% (2,43 juta ton).
Potensi lahan budidaya tambak Indonesia mencapai 2,96 juta hektar, dengan tingkat pemanfaatan sebesar 22,50% atau 0,65 juta hektar (KKP, 2015). Namun dari keseluruhan lahan yang dimanfaatkan, sekitar 8,72% (258 ribu hektar) merupakan lahan yang dapat digolongkan sebagai tambak dengan kondisi marjinal dan terbengkalai.
Salah satu kawasan yang memiliki banyak lahan terbengkalai adalah di Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean, Kabupaten Gresik. Di sana, terdapat kurang lebih 12 petak tambak yang terbengkalai dan sudah tidak digunakan kembali.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Tim PKM-M dari Universitas Brawijaya mengembangkan program Calulerpa.id. Program ini Program Caulerpa.id adalah suatu program pendampingan pengoptimalan lahan tambak yang terbengkalai untuk budidaya anggur laut (C. racemosa) serta pemanfaatan anggur laut guna dalam meningkatkan perekonomian daerah.
Para mahasiswa ini adalah Aldi Candra Setiawan (FPIK’16), Doni Irawan (FPIK’16), Muhammad Said Sirojudin (FPIK’16), Pradita Ayu Vitalia (FPIK’15) dan Ihza Farras Faadhilah (FPIK’15). Di bawah bimbingan Bapak Ir. Sukandar, MP mereka menggandeng POKMASWAS Hijau Daun untuk memberikan solusi dari permasalahan tambak terbengkalai tersebut.
Menurut Aldi Candra, lahan tambak terbengkalai atau non-produktif umumnya dialihkan untuk lahan budidaya rumput laut. Salah satu yang potensial dikembangkan sektor budidaya selain komoditas ikan adalah komoditas rumput laut dari jenis Caulerpa.
“Anggur Laut (Caulerpa racemosa) merupakan salah satu jenis alga hijau yang hidup menyebar di beberapa perairan di Indonesia. C.racemosa biasa dikenal dengan sebutan anggur laut (sea grapes) atau kaviar hijau. Anggur laut (C. racemosa) ini memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi sebagai sumber protein nabati, mineral, maupun vitamin,” terang Aldi, Senin, (08/07/2019).
Ia menjelaskan, prospek budidaya C. racemosa ini sangat menjanjikan, baik dalam negeri maupun prospek pemasaran ekspor internasional. Karena salah satu jenis rumput laut ini digemari oleh sebagian masyarakat.
Caulerpa ini, lanjutnya dimanfaatkan tidak hanya untuk konsumsi sebagai makanan tetapi juga telah dimanfaatkan sebagai bahan campuran untuk obat. Di Indonesia Caulerpa dikenal dengan sebutan Latoh (Jawa), Bulung Boni (Bali), Lawi-Lawi (Sulawesi), sedangkan di Jepang disebut Umi Budo.
“Caulerpa ini bentuk dan rasanya menyerupai telur ikan caviar, sehingga dikenal sebagai ”green caviar”. Harga anggur laut di Jepang cukup mahal, yakni mencapai US$ 30- US$ 50 per 250 gram atau US$ 100 per 1 kg,” ungkapnya.
Selain itu lanjut Aldi, Anggur Laut mempunyai kandungan vitamin B peridoksin (B6) serta asam pantotenat (B5) yang berfungsi sebagai pengatur kelenjar adrenal supaya tidak cepat kehabisan tenaga dan terhindar dari rasa Lelah serta depresi. Sehingga tidak heran jika anggur laut ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi di pasaran karena memiliki berbagai kandungan gizi didalamnya.
“Hal ini terbukti, pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dapat mengekspor sebanyak 500 kg per bulannya ke Jepang dengan harga yang sangat fantastis,” tutup Aldi.[]