SURABAYA, KabarKampus – Tahun 2019, banyak yang berubah pada jalur Vokasi di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. ITS pada tahun ini tidak lagi membuka program D3 dan menjadikan seluruh program studinya menjadi sarjana terapan setara dengan S1.
Jalur masuknya pun juga tidak lagi menggunakan tes tulis sendiri seperti pada program Diploma 3 (D3) dulu. Pada tahun ini hanya menggunakan nilai UTBK.
Prof Ir Muhammad Sigit Darmawan MEngSc PhD, Dekan Fakuktas Vokasi ITS mengaku, berdasarkan evaluasi penerimaan mahasiswa vokasi menggunakan tes tulis, mahasiswa Vokasi ITS kebanyakan berasal dari Surabaya dan sekitarnya. Bahkan jumlahnya hampir 90 persen.
Sehingga, kata Sigit berimbas sebaran asal mahasiswa menjadi sangat sempit. Mereka sebelumnya harus datang ke surabaya untuk melakukan tes tulis dan ini menjadi kendala bagi mahasiswa di luar Surabaya.
“Tanpa tes juga lebih efisien sehingga biaya pendaftaran menjadi lebih murah,” ungkap salah satu Guru Besar dari Departemen Teknik Infrastruktur Sipil tersebut dalam berita yang dirilis ITS.
Jalur vokasi sendiri masih terbagi menjadi empat kelompok. Kelompok I khusus bagi mahasiswa lulusan SMK yang memiliki prestasi dengan kuota sebanyak 20 persen. Kemudian pada Kelompok II hanya diperuntukkan bagi lulusan SMA atau Madrasah Aliyah (MA) yang memiliki prestasi dan hanya 10 persen kuota yang disediakan.
Sementara itu, 40 persen kuota disediakan bagi Kelompok III yang diperuntukan bagi pendaftar regular yang memiliki nilai UTBK. Pada kelompok I sampai III, biaya pendidikan atau UKT hanya sekitar Rp 500 ribu sampai Rp 7,5 juta tiap semester, tergantung dari pendapatan orang tua mereka.
Sedangkan pada kelompok IV yang merupakan program Mandiri, biaya pendidikannya sebesar Rp 7,5 juta tiap semesternya dan ditambah SPI sebesar Rp 50 juta yang hanya dibayar sekali ketika registrasi ulang. Pada kelompok itu juga tersedia kuota 30 persen dan juga hanya menggunakan nilai UTBK.
Sigit menjelaskan, ini memang baru kali pertama terdapat jalur khusus bagi lulusan SMK pada program Vokasi ITS. Hal itu karena SMK adalah pendidikan vokasi di tingkat menengah dan sudah sewajarnya mereka diberi porsi khusus jalur prestasi.
“Lulusan SMK sudah banyak yang masuk Vokasi selama ini dan terbukti mereka bisa berprestasi seperti halnya siswa dari SMA,” tandasnya.
Menurut Sigit, jalur prestasi SMK dan non SMK memang bertujuan mendapatkan calon mahasiswa yang punya prestasi, baik akademis maupun nonakademis. Karena itu, siswa dengan prestasi perlu dihargai secara khusus.
“Selanjutnya dapat diharapkan nanti setelah menjadi mahasiswa Vokasi prestasinya bisa lebih meningkat,” ujarnya.
Sigit menegaskan bahwa setelah diterima di Fakultas Vokasi ITS, mahasiswa yang tidak mampu juga dapat mengajukan beasiswa bidikmisi. Mengenai besar kuotanya akan ditetapkan pemerintah nantinya.[]