Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang sebuah kursi roda otomatis yang bisa dikendalikan dengan perintah gerakan otot tangan. Inovasi tersebut berguna untuk memudahkan pergerakan para penyandang disabilitas maupun penderita stroke yang mengalami kelumpuhan.
Adalah I Wayan Nudra Bajantika Pradivta, dari Departemen Teknik Biomedik Fakultas Teknologi Elektro (FTE) ITS yang merancang inovasi tersebut. Ia membuatnya sebagai tugas akhir dengan penelitian berjudul “Desain Perintah Myoelectric Control Sebagai Perintah Kursi Roda Elektrik Untuk Mobilitas Penyandang Disabilitas”.
Kursi roda elektronik rancangan mahasiswa yang biasa disapa Nudra ini didesain dengan pengembangan kontrol pada bagian otot tangan. Dengan sensor elektromiograf, kursi roda inovatif ini akan menggunakan gerakan mulai dari pergelangan tangan sebagai pengendali arah dan gerak kursi roda.
Nudra mengungkapkan, kursi roda elektronik tersebut sebelumnya telah dibuat oleh Departemen Teknik Biomedik ITS. Namun, penggeraknya masih berupa joystick dan sensor bioimpedance dengan stimulus punggung.
“Apabila punggung terlalu sering di-stimulus maka otot akan fatigue atau kelelahan, sehingga bisa menghasilkan error yang besar,” ungkap Nudra yang telah diwisuda pada har Sabtu, (14/09/2019) kepada laman ITS.
Kelumpuhan pada alat gerak manusia menyebabkan manusia sulit untuk melakukan pergerakan atau aktivitas. Sehingga dibutuhkan alat bantu khusus, salah satunya dengan kursi roda. Namun kursi roda yang ada saat ini umumnya masih membutuhkan kekuatan tubuh dari penggunanya untuk bisa menggerakkan kursi tersebut.
Penelitian kursi roda elektronik rancangan Nudra ini memakan waktu selama kurang lebih tiga bulan. Kursi roda elektronik ini bekerja dengan cara menempelkan elektroda sebagai kontrol otot pada masing-masing lengan tangan.
Kalau belok ke kanan, telapak tangan kanan digerakkan dan sebaliknya untuk belok ke kiri. Kalau untuk bergerak maju, maka harus menggerakkan kedua telapak tangan bersamaan.
“Sementara ini masih belum bisa mundur, jadi harus dilakukan memutar dengan belok terus ke salah satu arah,” terang pemuda kelahiran Dili, 5 Maret 1997 ini.
Pemuda asal Tabanan Bali menjelaskan, sinyal myoelectric pada bagian otot tangan diamplifikasi melalui instrumentasi amplifier sebagai perintah input. Lalu sinyal disaring untuk menghilangkan noise dan menjaga rentang frekuensi elektromiograf. Setelah penyaringan, sinyal elektromiograf tersebut ditransformasikan dalam bentuk linier envelope yang memperoleh sinyal nilai maksimum dari elektromiograf untuk memudahkan klasifikasi perintah arah dari kursi roda.
“Di kursi roda dan rangkaian sensor terdapat bluetooth, sehingga akan terhubung secara otomatis,” tuturnya. Selain itu, kursi roda tersebut memiliki fitur kontrol kecepatan, sehingga memungkinkan pengguna untuk mengatur kecepatan gerakan kursi roda secara mandiri,” ungkapnya.
Produk rancangan Nudra merupakan produk kerjasama antara ITS dengan pusat disabilitas Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Produk tersebut akan digunakan sebagai acuan mahasiswa Unesa dalam memberi saran inovatif untuk pembuatan prototype selanjutnya.[]