More

    Belajar Menulis dan Teori Secara Asyik di Geostrategy Study Club

    Penulis : Imanha

    BANDUNG, KabarKampus – Pekerjaan menulis mungkin terasa berat dan membosankan. Apalagi menulis artikel ilmiah yang harus ditulis secara populer. Sebab tidak sedikit artikel yang berisi teori dengan metodelogi ini dan itu serta pakai pendapat filsuf anu atau pakar anu yang bikin bulu kuduk merinding sehingga malas untuk membacanya, karena terasa berat dan menjenuhkan.

    Nah, bagaimana mengatasi masalah tulisan yang berat dan menjenuhkan tersebut? Geostrategy Study Club (GSC) menjawabnya lewat “Kelas Kritis: Kelas Metodologi Penelitian & Munils Artikel Populer” dengan mentor Desmond S Andrian.

    - Advertisement -

    Desmond S Andrian bilang, ada strategi tertentu dalam menulis karya atau artikel ilmiah yang popular termasuk cara mensiasati penggunaan teori atau metodologi agar tidak terkesan kaku dan berat. Teori atau metodologi yang dipakai harus menjelma dalam tulisan, tidak mengawang-awang, atau bahkan tidak nyambung dengan ide yang ingin disampaikan penulisnya.

    “Jangan sampai abstraksinya dinosaurus, latar belakangnya tirex, pas kesimpulan jadi kadal,” kata Desmond S Andrian, yang disambut tawa peserta Kelas Kritis GSC, di kantor GSC Jalan Sultan Tirtayasa, no 49, Bandung, Selasa malam (20/11/2019).

    Kelas Kritis ini sudah dimulai sejak 5 November lalu dan berlangsung selama 5 kali pertemuan. Kelas diikuti lebih dari 20 peserta.

    Meski mengulas tema yang cukup berat, Desmond S Andrian menyampaikannya dengan cara santai. Pria yang sehari-hari sebabagi kurator Museum Asia Afrika Kementerian Luar Negeri RI, Bandung, itu memang banyak menggunakan istilah asing dari teoritikus maupun filsuf barat, tetapi tidak jarang ia juga menjelaskannya dengan analogi-analogi yang jenaka seperti soal dinosaurus tadi.

    Menurutnya, membuat suatu karya atau artikel ilmiah memang tidak bisa menghindari teori atau pendapat pakar di bidangnya. Teori tersebut harus dibarengi analisis, kajian, dan pengamatan yang mendalam pada isu yang tengah ditulis.

    Sebagai contoh, kata Desmond, jika seorang penulis ingin menulis dan mengkritisi kebijakan luar negeri Presiden Joko Widodo pada periode pertama, maka bisa dimulai dengan membedah visi misi yang ada dalam Nawacita. Nawacita tersebut seharusnya diimplementasikan melalui rencana dan strategi (renstra) Kementerian Luar Negeri.

    Untuk membedah kebijakan luar negeri tersebut, bisa memakai teori dari Thomas V Bonoma. Masalah yang harus dianalisis dalam kebijakan itu ialah strategi kebijakan luar negeri sampai implementasinya.

    “Jika strategi bagus implementasi bagus, maka hasilnya sukses. Jika strategi bagus implementasi tidak bagus hasilnya runtuh, perlu diselamatkan,” katanya.

    Teori dari Thomas V Bonoma biasa dipakai oleh orang-orang manajemen, marketing, atau ilmu sosial. Tentu dalam penulisannya memerlukan sumber atau bahan yang bisa didapat dengan teknik pencarian data dan wawancara. Semua itu nantinya diolah dengan teori.

    “Jangan sampai teorinya tidak dipakai. Teori tersebut muncul di bab dua, tapi tidak dipakai di bab berikutnya,” katanya.

    Ia mencontohkan, ada karya ilmiah yang teorinya menjanjikan, bahkan terkesan berat. Tetapi pas pembahasan, teori tersebut tidak muncul. Justru isinya malah opini semua. “Jadi di pembahasan langsung letakan secara spesifik mengenakan cara pandang Thomas V Bonoma, misalnya, kalau kita memakai teorinya,” terangnya.

    Teori sendiri diibaratkan alat atau senjata. Si penulis sebagai pemakai alat harus piawai dalam mengoperasikakan alat tersebut jika ingin mencapai tujuan yang dibidiknya. Teori yang dipakai juga harus sesuai dengan isu yang dibahas.

    “Jangan membelah ikan menggunakan gergaji. Ada pisau. Ini contoh konkret menggunakan teoritisasi.”

    Selain penggunaan teori, Desmond S Andrian mengingatkan pentingnya penguasaan isu. Isu di sini bukanlah rumor atau kabar burung, melainkan substansi permasalahan. Misalnya, isu yang berkaitan dengan dunia ketiga antara lain kemiskinan, perdagangan manusia, keamanan, lingkungan, infrastruktur, ketidakadilan, pendidikan, dan seterusnya.

    Ia menyarankan peserta GSC agar memahami satu isu lebih mendalam. Menurutnya lebih baik paham satu isu secara mendalam daripada tahu banyak isu tapi cuma di permukaan saja. Ia mengibaratkan seseorang yang berjalan di padang pasir di mana orang itu akan mengalami disorientasi tempat dan waktu. Tapi jika dalam situasi tersebut ia punya satu pemikiran yang menjadi pijakan, maka ia akan tahu harus bagaimana, mau ke kiri atau ke kanan.

    Isu-isu penting yang menyangkut negara ini misalnya dibahas dalam buku Dinamika Isu Global Kontemporer yang ditulis Budi Winarno. Desmond S Andrian bilang, buku ini mengulas banyak isu penting, antara lain sektor keamanan nasional dan internasional, pendidikan, dan lain-lain. Dengan kata lain, Desmond meminta agar penulis harus gemar membaca buku. Sebab tanpa membaca, apa yang mau ditulis?

    Kelas Kritis GSC berlangsung dua jam, dari pukul 19-21.00. Kelas ini digagas Furqan AMC, CEO KabarKampus sekaligus Direktur GSC. Tujuan Kelas Kritis tidak lain untuk mengasah argumen ilmiah dan kritis para pesertanya. Menurut Furqan, dalam menghasilkan argument yang kokoh dan jernih, ada tahapan yang melibatkan sedikitnya kemampuan ‘membaca’ dan ‘menulis’.

    “’Membaca’ adalah aktifitas menganalisa sebuah isu melalui berbagai perangkat empiris. Sedangkan, ‘menulis’ merupakan aktifitas menuangkan hasil pembacaan itu dalam sebuah kalimat argumentatif,” terang Furqan.

    Menurutnya, kedua aktifitas tersebut adalah cara terbaik dalam mengorganisir intelektualisme untuk tujuan mengambalikan ilmu pengetahuan kepada cita-cita kerakyatan. Dengan begitu, intelektualisme telah menjelma di tataran praksis.

    - Advertisement -

    1 COMMENT

    1. Menulis sesungguhnya melekat dalam diri seseorang, namun tidak jarang mereka tak terbiasa mengejawantahkan dalam “karya”. Oleh sebab itu bimbingan menulis yg mampu menghasilkan karya layak dipertimbangkan.

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here