SURABAYA, KabarKampus – Institut Teknologi Sepuluh November (Surabaya) dan Universitas Gadjah Mada memproduksi Face Shield Mask atau untuk tenaga medis. Pembuatan alat ini merupakan salah satu upaya mengatasi kelangkaan Alat Pelindung Diri untuk tenaga medis dalam menangani pasien virus corona (covid-19)
ITS sendiri menargetkan produksi Face Shield Mask dapat memenuhi 500-1000 item setiap hari. Upaya mencapai target tersebut telah diupayakan sejak Sabtu lalu, (21/03/2020).
“Dunia medis pun ikut terguncang, dengan berkurangnya APD, akibat panic buying, yang sebetulnya sangat dibutuhkan tenaga medis,” tutur Djoko Kuswanto ST, Kepala Laboratorium Integrated Digital Design Departemen Desain Produk Industri ITS di laman resmi ITS, Selasa, (24/03/2020).
Dari sana, menurut Djoko, ITS bersama Asosiasi Printer 3D Indonesia ikut memberikan bantuan APD dengan memproduksi Face Shield Mask ini. Mereka memilih Face Shield Mask karena mudah dibuat dengan estimasi waktu pembuatan yang terbilang cepat.
“Apalagi, masker menjadi kebutuhan yang mendesak saat ini,” ungkapnya.
Berdasarkan dari data yang diterima Laboratorium Integrated Digital Design ITS, saat ini kebutuhan masker mencapai 270.000 buah. Untuk mendukung hal tersebut, mereka pun menempuh dua prosedur produksi.
Prosedur pertama adalah Metode 3D Printing. Melalui metode ini, barang dapat terproduksi lebih detail sesuai yang dirancang. Akan tetapi, untuk kondisi gawat seperti saat ini, 3D Printing memakan waktu produksi yang cenderung lama.
Maka, mereka pun juga menggunakan opsi CNC Router untuk memproduksi alat tersebut. CNC Router merupakan mesin yang dilengkapi dengan Digital Signal Processing (DSP) dalam proses memotong atau mengukir suatu bahan tertentu. Sistem kerja dengan CNC Router adalah substractive atau dengan melakukan pengurangan.
“Dari bahan yang utuh, bahan diukir sedemikian rupa sehingga menjadi produk yang diinginkan,” bebernya.
Dengan menggunakan bantuan CNC Router, bekerja sama dengan Laboratorium Protomodel ITS, kecepatan produksi Face Shield Mask ini diharapkan dapat segera memenuhi kebutuhan, khususnya di Jawa Timur dengan permintaan yang telah mencapai 35.000 buah. Satu CNC Router memiliki kecepatan produksi hampir sama dengan 200 sampai 400 printer sekaligus.
“CNC Router kemudian kami pilih sebagai cara yang diprioritaskan,” ujarnya.
Dari dua prosedur yang diterapkan, diambil juga dua bahan yang menjadi komposisi satu jenis dari APD ini. Dua jenis plastik untuk membuat masker darurat ini. Yaitu plastik High Density Polyethylene (HDPE) dan Polyethylene terephthalate (PET).
Masker darurat ini pun harus diproduksi dengan memerhatikan keamanan bahan yang digunakan. Selain itu, baik plastik HDPE dan PET, keduanya sama-sama mudah ditemukan di pasaran.
“Kemudahan ini begitu mendukung proses produksi, di tengah anjuran untuk social distancing,” sebutnya.
Distribusi Produk
Djoko menyampaikan, topeng masker ini hanya diperuntukkan bagi lembaga klinis yang membutuhkan. Pembagian topeng tersebut tanpa biaya dan memiliki alur prosedur distribusi yang tidak sembarangan.
“Kami tidak ingin ada kesalahan penyaluran kepada yang kurang membutuhkan,” tegasnya.
Bagi lembaga klinis yang ingin mengajukan permintaan kebutuhan, alur yang harus ditempuh pertama adalah dengan menyiapkan surat permintaan resmi dan melampirkannya bersama formulir online yang disediakan. Detail dari prosedur dapat diketahui melalui narahubung tim penggerak produksi Face Shield Mask ini, termasuk Djoko sendiri.
Salah satu yang disebut sebagai partner produksi APD ini adalah 20 mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Harapannya, dengan banyak menjalin kerja sama, produk yang perlu disterilisasi dan uji kelayakan ini semakin bermutu dan terjamin.[]