DEPOK, KabarKampus – Dr. Eng. Muhamad Sahlan, S.Si, M. Eng., peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), mengembangkan senyawa propolis dari lebah Tetragonula biroi aff. Propolis asli Indonesia ini dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan dan pencegahan penyebaran Virus Corona (COVID-19).
Sahlan menuturkan, komposisi propolis tidak selalu sama di seluruh dunia. Setiap propolis memiliki karakteristik berbeda tergantung pada sumber tanaman dan lokasinya.
Perbedaan sumber tanaman, lokasi, serta proses penelitiannya akan membedakan pula senyawa-senyawa propolis yang dihasilkan. Termasuk senyawa propolis yang digunakan berasal dari lebah Tetragonula biroi aff dari Indonesia yang mereka gunakan.
“Yang menarik bagi saya, propolis yang saya teliti ini memiliki sifat menghambat proses menempelnya virus terhadap sel manusia yang mirip dengan senyawa N3. Dengan menggunakan struktur model COVID-19 yang ada, senyawa-senyawa propolis diujikan untuk melihat apakah dapat membentuk ikatan pada virus COVID-19 bila dibandingkan dengan ikatan senyawa N3,” kata Sahlan yang telah sembilan tahun meneliti tentang propolis.
Ia menambahkan, dari hasi pengujian yang dilakukan memperlihatkan bahwa tiga dari sembilan senyawa yang ada di propolis asli Indonesia memiliki kekuatan menempel yang cukup baik pada virus COVID-19. Bila senyawa N3 memiliki nilai -8, senyawa Sulawesins a memiliki nilai -7.9, Sulawesins b (-7.6) dan deoxypodophyllotoxin (-7.5).
“Jadi, semakin negatif nilai yang dimiliki menunjukkan semakin besar kemampuan senyawa menempel pada virus COVID-19. Hal ini membuat virus tidak dapat menempel pada sel hidup manusia untuk kemudian berkembang biak,” ujar Sahlan tentang hasil pengujiannya.
Saat ini penelitian yang dilakukan oleh Dr. Eng. Muhamad Sahlan, S.Si, M. Eng. dan timnya sedang pada tahap mengenali senyawa-senyawa yang potensial untuk dikembangkan sebagai obat COVID-19. Tahapan selanjutnya adalah pengoptimasian senyawa-senyawa tersebut sebelum dilakukan uji klinis dan pengembangan obat.
Obat dan vaksin Corona juga tengah dikembangkan beberapa negara. Salah satunya adalah China yang mengembangkan obat berdasarkan penelitian yang dipublikasikan oleh Prof Yang, dari Shanghai Tech University pada Januari 2020.
Pada penelitiannya, Prof. Yang berhasil memetakan struktur protein virus Corona dimana ditemukan bahwa virus Corona penyebab COVID-19 harus menempel pada sel hidup (dalam hal ini paru-paru manusia) sebelum menyuntikkan struktur genetiknya pada sel hidup tersebut untuk berkembang biak. Untuk memutus aktivitas ini, dikembangkan senyawa kimia penghambat bernama N3 sebagai alternatif obat untuk COVID-19.
“Tentu saja penelitian ini belum masuk kedalam tahapan klinis karena Indonesia sendiri baru mengumumkan pasien positif Corona pada Senin (2/3) yang lalu. Akan tetapi hasil penelitian ini tentu sangat menjanjikan untuk dikembangkan menjadi alternatif obat dari Indonesia untuk menyembuhkan maupun mengurangi perkembangan virus Corona tidak hanya di Indonesia tetapi juga ke negara lain,” tambah Dr. Ir. Hendri D.S. Budiono, M.Eng., Dekan FTUI.[]