Bilik Swab RSA UGM. Dok. UGM
YOGYAKARTA, KabarKampus – Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (UGM) meluncurkan meluncurkan GAMA Swab Sampling Chamber. Alat ini merupakan bilik sampling Covid-19 untuk mengambil swab bagi mereka yang terpapar virus Covid-19.
Konsep yang ditawarkan bilik ini adalah layanan drivethru dan mobile. Sehingga dapat mengefisiensi waktu dan tempat, serta meminimalkan zona merah rumah sakit atas persebaran Covid-19.
Selain itu pasien yang melakukan swap samping merupakan pasien yang sebelumnya telah menjalani pemeriksaan dengan dokter. Mereka diklasifikasi ODP (Orang Dalam perawatan) atau PDP (Pasien Dalam Perawatan) dan Orang Tanpa Gejala (OTG).
Ketua Tim Peneliti GAMASwabSamplingChamber, Dr. R. Sumiharto, S.Si, M.Kom., menyatakan ide pembuatan alat ini dilatar belakangi kondisi petugas saat akan mengambil sampel swab yang diharuskan menggunakan APD rangkap. Melihat kondisi seperti itu lantas muncul ide bagaimana caranya membuat sistem pemeriksaan swab yang lebih aman dan nyaman.
“Kebetulan saya dari FMIPA, Elektronika Instrumentasi yang terkait seperti ini, kemudian ada Sekolah Vokasi dan tim FKKMK, makanya kita buat bilik dengan desain petugas ada di dalam dan pasien ada dil uar yang aman dan nyaman,” terangnya.
Oleh karena itu, alat hasil kolaborasi FMIPA, Sekolah Vokasi dan FKKMK UGM ini diharapkan memberikan kenyamanan dan keamanan tanpa mengurangi keselamatan baik petugas dan pasien yang diswab. Sehingga hasil sumbangan UGM ini diharapkan akan menghemat penggunaan APD, terutama saat digunakan untuk sampling.
Sumiharto mengaku untuk memproduksi satu bilik swab menghabiskan biaya 25 juta rupiah dengan memakan waktu pengerjaan 10 hari. Menurutnya, pembuatan bilik bisa dipersingkat waktunya jika semua bahan-bahan yang diperlukan tersedia.
Meski telah resmi diluncurkan dan dipergunakan, Sumiharto berjanji akan terus melakukan perbaikan terhadap alat ini berdasarkan evaluasi. Ia berharap adanya masukan-masukan agar bilik swab ini menjadi alat yang andal.
Sementara itu, dr. Arief Budiyanto, Ph.D., Sp.KK(K)., Direktur Utama Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM menjelaskan, kapasitas diagnosis Covid-19 diakui pemerintah masih kurang. Seperti di Yogyakarta satu bulan lalu hanya satu tempat pemeriksaan PCR, Polymerase Chain Reaction atau tes swab yang sesuai standar terkait Covid-19.
“Jika dulu banyak yang tidak terfasilitasi karena keterbatasan alat dan harus mengantri, sekarang dengan alat ini kapasitas pemeriksaan swab bisa kita tingkatkan, terutama untuk PDP, ODP rawat jalan dan OTG. Meski lebih banyak orang yang bisa di swab, namun kita berharap mudah-mudahan banyak yang negatif,” imbuhnya, Senin, (27/04/2020).
Apalagi saat ini, lanjut Arief, banyak rumah sakit yang melayani Covid-19 saat ini menghadapi problem yang sama yaitu kekurangan APD (Alat Pelindung Diri). Stok APD yang mereka miliki terus saja kurang, sementara banyak pihak belum tahu kapan wabah pandemi Covid-19 ini akan berakhir.
Sebelum ada bilik swab ini, tambah dr. Arief, petugas pengambil sampel swab diharuskan menggunakan APD level tiga. Dengan bilik swab ini maka petugas tidak lagi cukup dengan memakai APD level rendah bukan APD level tiga.
Dr. dr. Hera Nirwati, M.Kes, Sp.MK menambahkan, corona virus ditularkan melalui droplet maka pengambilan sampel harus dilakukan dengan cara yang sangat berhati-hati agar virus tersebut tidak menular ke mana-mana. Maka idealnya sampel diambil di ruangan bertekanan negatif dan petugas menggunakan alat pelindung diri yang lengkap.
Bilik Gama Swab didesain petugas pengambil sampel ada di dalam dan pasien ada di luar. Karena petugas ada di dalam maka diusahakan agar petugas terlindungi dengan membuat ruangan bertekanan positif.
“Dengan adanya tekanan positif ini maka jika di luar ada droplet atau kontaminan dari pasien maka petugas sampel akan tetap terlindungi sehingga petugas tidak perlu lagi memakai APD level tiga sehingga sesuai konsepnya alat ini bisa menghemat APD,” terangnya.
Ia menjelaskan bila alat ini menggunakan hepa filter yaitu udara yang masuk melalui hepa filter ini dengan kemampuan menyaring 0,3 micro dengan efisiensi 99 persen. Dengan kondisi tersebut maka petugas sampel akan tetap terlindungi dari udara yang masuk.
Sementara untuk pasien sendiri disiapkan desinfektan dengan drainis sehingga ketika pasien satu dilanjutkan dengan pasien berikutnya maka ada tindakan desinfeksi sehinga mereka akan aman.
Bilik ini sendiri dibuat dari material cukup kuat yaitu rangka aluminium tahan karat, dinding acrylic 0,5 cm atau 5 mili. Sehingga cukup kuat, dan alat ini tahan cuaca sebab bisa diletakkan di dalam maupun di luar ruangan.
“Memang bilik Gama Swab didesain untuk mobile dan ada roda yang mempermudah dipindah-pindah, digunakan sesuai kebutuhan. Di dalam juga diberikan air coller untuk kenyamanan petugas, sedangkan untuk komunikasi dengan pasien di luar maka disediakan audio, komunikasi pun diharapkan lancar ditambah penerangan yang memadai,” imbuhnya.