BEKASI, KabarKampus – Selama masa pandemi Covid-19, banyak hal yang bisa dilakukan mahasiswa untuk membantu sesama. Salah satunya menjadi relawan Kemanusiaan Melawan Covid-19.
Seperti yang dilakukan Aurellia Novanda Rahmadanty, Mahasiswa Program Studi Okupasi Terapi Angkatan 2019, Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI) . Ia menjadi satu diatara 15.000 relawan Kemanusiaan Melawan COVID-19 yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Perempuan yang akrab disapa Danty ini terlibat pada Program Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Rumah Bahasa. Lewat program tersebut, ia bertugas memberikan edukasi kepada lingkungan sekitar tentang bahaya virus corona dan cara pencegahannya.
Pada Program Rumah Bahasa, Danty dan teman-teman diminta untuk mengedukasi masyarakat yang dimulai dari komunitas terkecil yaitu rumah dan tetangga. Selain itu juga melakukan program-program preventif dan promotif melalui KIE kepada masyarakat terkait COVID-19.
Relawan juga melakukan pendampingan secara secara daring (melalui aplikasi WhatssApp atau aplikasi lain) dan apabila mendesak, dapat membantu melakukan contact tracing (tanpa bertemu pasien) dibawah supervisi case manager di tiap wilayah. Sebelumnya, para relawan telah dibekali pelatihan yang difasilitasi oleh Kemendikbud, WHO, Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI), dan Kementerian Kesehatan RI.
Danty menjelaskan, edukasi oleh orang terdekat akan lebih efektif karena jauh lebih dipercaya dan didengar oleh lingkungannya. Selama program ini, Danty telah mengedukasi tante, om, kakak sepupu, dan juga asisten rumah tangga yang tinggal bersamanya di Bekasi.
Selain edukasi ke keluarga yang terdekat, Danty juga memberikan edukasi melalui grup keluarga maupun personal chat. “Edukasi juga dilakukan secara online kepada keluarga yang tidak satu rumah seperti mama saya yang ada di Pekanbaru, juga saudara-saudara lain.” ujar Danty, Selasa, (28/04/2020).
Beberapa pemahaman yang diberikan Danty selama menjadi relawan antara lain tentang cara cuci tangan yang tepat sesuai standar WHO, orang sehat yang dapat berperan sebagai Carrier, dan perilaku hidup bersih dan sehat. Cara yang dilakukan menekankan pada komunikasi persuasif.
“Kami telah diperlengkapi imbauan dan materi edukasi pencegahan COVID-19 berupa materi video, audio dan narasi edukasi. Materi dilengkapi dengan beberapa versi dalam bahasa daerah,” tutur Danty.
Namun menurut Danty, tantangan terbesar yang ia alami adalah ketika berhadapan dengan anggota keluarga yang masih skeptis dan meremehkan virus ini. Ia pun tidak ragu untuk terus mengulang informasi jika masih ada yang belum memahami.
“Edukasi dapat diulang berkali-kali sampai nilai-nilai kewaspadaan tertanam dengan baik,” terangnya.
Bagi Danty, kemampuan komunikasi menjadi sangat penting supaya pesan edukasi dapat diterima dengan baik. Sebagai anak muda, ia pun harus tetap santun dalam menghadapi orang dewasa yang terkadang masih skeptis dan meremehkan informasi yang diberikan.
“Aku yakin dengan konsistensi, pasti mereka akan paham dan mengikuti anjuran,” tambahnya.
Danty percaya, mengulang informasi yang sama serta memberi contoh yang baik akan membuat lingkungan ikut berubah. Lingkungan lebih waspada sehingga penyebaran virus dapat terhambat.
“Dengan terlibat sebagai relawan, saya menyakini bahwa saya telah mengambil bagian membantu pemerintah dan tenaga medis melawan COVID-19,” tutupnya.[]