DEPOK, KabarKampus – Meski pemerintah telah menghimbau masyarakat untuk tidak mudik saat lebaran Idul Fitri, minat masyarakat untuk mudik cukup tinggi. Hal tersebut berdasarkan hasil Studi Sosial COVID-19 yang dilakukan Tim Panel Sosial untuk Kebencanaan Universitas Indonesia.
Hasil survei menunjukkan bahwa persentase responden yang berencana mudik dinilai masih tinggi, yaitu 43,78% responden, dan sisanya (56,22% responden) menjawab tidak akan mudik.
Dicky Pelupessy, S.Psi., M.DS., Ph.D., salah seorang peneliti Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), hasil survei tersebut menunjukkan masih banyak penduduk yang merencanakan mudik saat libur Lebaran. Mereka tetap ingin mudik di tengah situasi pandemi COVID-19.
“Berkenaan dengan keputusan mudik, sebanyak 69,06% responden menjawab mudik untuk keperluan Idul Fitri, dan sejumlah 60,88% responden akan berangkat pada waktu cuti bersama Idul Fitri,“ terang Dicky yang juga terlibat dalam Tim Panel Sosial untuk Kebencanaan ini.
Melihat hal tersebut, Tim Panel Sosial untuk Kebencanaan merumuskan beberapa antisipasi :
Pertama, kampanye mengubah rencana masyarakat untuk tidak mudik Idul Fitri sebagai upaya mengurangi risiko penularan COVID-19.
Kedua, pengaturan dan antisipasi pergerakan masyarakat dari provinsi asal menuju provinsi dan kabupaten atau kota tujuan mudik.
Ketiga, pengaturan dan antisipasi moda transportasi yang akan digunakan oleh masyarakat, terutama mobil, pesawat, dan kereta api sebagai tiga moda utama pilihan masyarakat untuk mudik.
Dicky menegaskan pentingnya campur tangan pemerintah dalam mengesahkan dan menerapkan kebijakan yang lebih tegas untuk melarang masyarakat berkumpul bersama, baik untuk kegiatan ibadah, mudik, ataupun kegiatan lainnya. Ia menilai bahwa hal ini sangat diperlukan dan tidak terbatas hanya pada pembatasan atau karantina wilayah semata.
Baginya dengan terciptanya penerapan kebijakan yang tepat dan cepat tanggap dari pemerintah, masyarakat akan mampu bertahan menghadapi situasi pandemi. Sehingga akan dapat menyelamatkan lebih banyak masyarakat di Indonesia.
Data lainnya dari survei tersebut menunjukkan walaupun hampir semua responden (98,05%) mengetahui tentang kelompok yang rentan COVID-19 dan orang sehat dapat menjadi carrier (98,6%), namun hanya 32,07% responden yang mengaku sangat khawatir akan menularkan COVID-19. Sementara itu 10,25% responden mengaku tidak khawatir sehingga tetap berencana mudik.
Hal ini didasari alasan bahwa responden merasa sehat dan mengetahui kondisi kampung halaman baik-baik saja. Di sisi lain, responden yang memilih mudik akan melakukan beragam upaya pengurangan risiko penularan, seperti tindakan rajin mencuci tangan (37,58%), mengurangi kontak fisik seperti bersalam-salaman (36,02%), menjaga jarak saat berkomunikasi langsung (34,31%), memakai masker (31,82%), serta tidak mengadakan acara silahturahmi skala besar (30,96%).
Tim Panel Sosial untuk Kebencanaan merupakan kolaborasi para peneliti kebencanaan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), UI, Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Politeknik Statistika Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, U-INSPIRE, Jurnalis Bencana dan Krisis Indonesia serta didukung oleh Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Survei Studi Sosial COVID-19 mengenai Mobilitas dan Transportasi melibatkan masyarakat umum sejumlah 3.853 responden dengan rentang usia 15–60 tahun ke atas.()








