More

    Corona Virus, Strategi Kaum Kapitalis Elite?

    Andi Juliandrie Abham

    Di awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan penyebaran wabah yang sangat cepat dan mematikan, yaitu, coronavirus Covid-19. Muncul di akhir penghujung tahun 2019, Covid-19 masih menjadi teka-teki, yang pasti banyak teori dan fakta konspirasi yang hadir dan menjadi bumbu perbincangan publik.

    Bermula di bulan Desember 2019 di sebuah kota Wuhan di China, Covid-19 muncul dengan tingkat mematikan yang sangat tinggi. Betapa tidak, virus ini menyerang langsung sistem pernapasan manusia, sehingga membuat manusia wajib mewaspadainya.

    Berkaca ke situasi akhir tahun 2019, dunia tidak terlalu gempar seperti sekarang ini, karena wabah penyakit itu masih tergolong dalam kasus minoritas dunia, hingga pada akhirnya Covid-19 menjelma pandemi yang sampai detik ini masih berjaya menebar ketakutan bersama koloninya. Sebanyak 181 dari 200 negara dan wilayah di seluruh dunia terkena wabah ini. Indonesia, Iran, Jerman, Jepang hingga Rusia juga ikut menjadi tempat beraksinya virus ini dengan jumlah kasus terbesar kata media berada di negara adikuasa, Amerika Serikat.

    - Advertisement -

    Kiblat media informasi dan kesehatan dunia juga saling menjalankan peran dalam menyampaikan apa yang menjadi orientasinya, yaitu membuat kepanikan  yang tidak kalah dari efek Covid19 pada manusia. Bumbu konspirasi pun semakin terasa, akibat dari pasar gelap (hewan), senjata biologis, hingga program pengurangan populasi manusia secara massal menghiasi teka-teki konspirasi tentang wabah ini. Program pengurangan populasi manusia secara massal yang telah digaungkan berabad-abad yang lalu adalah jawaban yang paling monoton dalam teka-teki pandemi ini.

    Teringat dengan pidato Bapak Presiden Pertama Indonesia, Ir. Soekarno pada tahun 1960 tentang nekolim, yah nekolim sejatinya merupakan akronim dari Neokolonialisme-Kolonialisme-Imperialisme. Yang dimana Kolonialisme adalah sebuah koloni yang berpolitik mengenai suatu koloni, sebuah bagian dari imperium jika imperium itu adalah gabungan dari jajahan. Sedangkan Imperialisme ialah politik yang dijalankan mengenai seluruh imperium. Nah, dari kedua istilah tersebut maka memiliki hubungan yang tidak jauh dengan Neokolonialisme, yang dimana adalah praktik kapitalisme, globalisasi dan pasukan kultural imperialisme untuk mengontrol sebuah negara sebagai pengganti dari kontrol politik atau militer secara langsung. Sehingga bukan tidak mungkin pandemi Covid-19 adalah sebuah strategi dari kapitalis elite dunia untuk mewujudkan tatanan dunia baru atau yang biasa kita dengar dengan istilah “ The New World Order”.

    Melihat situasi dan kondisi akibat dari pandemi saat ini, lima dari delapan tahapan yang ada dalam strategi Rockefeller Foundation pada bulan Mei tahun 2010 telah terjadi. Tahapan pertama ialah, ada wabah flu baru yang sangat mematikan. Kedua ialah, ekonomi lumpuh, industri mati, rantai suplai hancur. Ketiga ialah, toko-toko dan kantor tutup, karyawan jadi pengangguran. Keempat ialah aAmerika Serikat terdampak, China mengawali lockdown dan bisa sembuh dari wabah. Keberhasilan China dengan lockdown-nya dengan tujuan agar negara di dunia meneladani lockdown seperti China. Tahapan yang kelima ialah, penduduk dunia diharuskan pakai masker dan cek temperatur suhu di pintu masuk.

    Apakah tahapan-tahapan yang disusun sepuluh tahun yang lalu hanyalah sebuah kebetulan saja persis dengan kondisi saat ini? Menolak lupa jejak digital sang milyader dunia Bill Gates yang telah memperkirakan datangnya flu yang dahsyat pada tahun 2015 serta dua bulan sebelum Covid-19 menyebar. Ada simulasi Covid-19 yang dilakukan Johns Hopkins University and Medicine di New York, mempersiapkan sesuatu terhadap hal yang belum terjadi adalah oxymoron.

    Menelisik jauh kebelakang, di tahun 1720 dunia digemparkan oleh wabah Sampar yang  melanda kota Marseille, Prancis. Wabah ini menewaskan lebih dari seratus ribu para warga di dalam kota pelabuhan di Prancis Selatan. Dampak sosio-ekonomi dari wabah ini cukup signifikan terutama terhadap kolonialisme yang sedang gencar dilakukan ke Afrika, Amerika Latin dan Hindia Barat yang kini disebut sebagai Indonesia.

    Kemudian tahun 1820, dunia kembali digemparkan dengan munculmya wabah yang mematikan Kolera yang berasal dari India kemudian menyebar ke hampir ke seluruh negara Asia termasuk Indonesia. Satu abad kemudian tepatnya di tahun 1920, lagi dan lagi dunia dihantam dengan wabah virus yang tidak kalah ganasnya, betapa tidak, wabah Flu H1N1 atau yang dikenal dengan Flu Spanyol di tahun itu menelan korban lebih banyak dibandingkan dengan korban Perang Dunia I yang berakhir dua tahun sebelumnya. Flu Spanyol menginfeksi lebih dari 500 juta orang di seluruh dunia atau hampir sepertiga dari populasi manusia saat itu.

    Menarik kesimpulan dari empat abad terakhir sepertinya setiap satu abad, dunia diserang dengan virus yang mematikan, yang dimana korban jiwanya sangat banyak. Apakah pandemi ini adalah skenario yang telah disusun dengan rapi? Untuk menjawabnya mungkin membutuhkan beberapa fakta yang konkrit, apakah ini hanya sebuah kebetulan? Tidak ada yang tahu selain penulis skenario terbaik di jagat raya ini, kita hanya bisa menerka-nerka sesuai dengan apa yang kita analisa dari kacamata kita.

    Terlepas dari segala bentuk konspirasinya, wabah ini telah merajalela dan masih berjaya menebarkan ketakutan, untuk itu saling jaga dan menguatkan adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan, merawat rasa kemanusiaan dan melepas egosenstris dalam benak ialah tindakan yang tepat untuk bersama mempertahankan peradaban ini. Tetap #dirumahaja!

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here